Imam Syafi’i Rahimahullah

Barangsiapa tidak mau merasakan pahitnya belajar, Ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.

Aristoteles, Filsuf

Akar dari pendidikan memang pahit, tapi buahnya manis.

Nelson Mandela

Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa digunakan untuk mengubah dunia.

Shakuntala Devi, Penulis

Pendidikan bukan cuma pergi ke sekolah dan mendapatkan gelar. Tapi juga soal memperluas pengetahuan dan menyerap ilmu kehidupan.

Malcolm X, Aktivis Muslim AS

Pendidikan adalah paspor untuk masa depan, untuk hari esok yang dimiliki oleh mereka yang mempersiapkannya hari ini.

Minggu, 11 November 2018

Rasio Keuangan (Financial Ratio)

Rasio Keuangan (Financial Ratio)

Salah satu cara atau metode yang biasa digunakan untuk melakukan analisis terhadap laporan keuangan adalah dengan melakukan analisis rasio. Analisi rasio adalah sebuah metode atau cara analisa dengan menggunakan perhitungan perbandingan dari data kuantitatif yang terdapat dalam laporan neraca maupun laba rugi.

Umumnya perhitungan rasio-rasio data keuangan dilakukan untuk menilai kinerja suatu perusahaan dimasa lalu, masa sekarang dan perkiraan atau berbagai kemungkinan yang terjadi pada masa yang akan datang. Penggunaan rasio keuangan pada dasarnya bermacam-macam, hal ini tergantung dari kepentingan dari masing-masing perusahaan.

Pengertian
Pengertian analisis rasio keuangan atau yang dikenal dengan istilah financial ratio ialah sebagai alat analisis untuk membandingkan angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan dan juga untuk melihat atau mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta menilai kinerja manajemen perusahaan tersebut dalam satu periode tertentu.

Jenis-Jenis Rasio Keuangan
1. Rasio Likuiditas (Liquidity ratio)
merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan aktiva guna  memperoleh pendapatan dalam waktu singkat.
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukan kemampuan atau kesanggupan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Perusahaan yang sanggup membayar kewajibanya atau hutang jangka pendek maka perusahaan tersebut di sebut likuid, sedangkan perusahaan yang tidak sanggup membayar hutang jangka pendeknya maka disebut perusahaan ilikuid.

Kebanyakan perusahaan dalam menggunakan rasio likuiditas untuk mengukur tingkat likuiditas nya menggunakan diantara lain sebagai berikut:

a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini memberikan informasi mengenai kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang lancar. Yang termasuk dalam aktiva lancar seperti kas, piutang dagang, efek (surat berharga), persedian dan aktiva-aktiva lainnya.

Sedangkan yang termasuk dalam hutang lancar meliputi, hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji dan hutang lainya yang menuntut untuk segera dibayarkan (sutrisno, 2001;247).

Rasio Lancar dihitung menggunakan rumus :
Menurut (Harahap, 2002:301) jika semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Dianalogikan apabila rasio lancar 1:1 atau 100% itu artinya bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Jadi sebuah perusahaan dikatan sehat apabila rasionya berada dia atas angka 1 atau di atas 100%. Sebagai catatan aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar.

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Sering disebut juga dengan acid ratio, rasio cepat merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid. Aktiva yan lebih likuid yaitu : kas, sekuritas (surat berharga), dan tagihan yang belum di bayar oleh pelanggan.
Disini persediaan tidak dimasukkan kedalam perhitungan quick ratio, karena persediaan merupakan salah satu komponen dari aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya.

Rasio Cepat dihitung menggunakan rumus :
Dalam hal ini quick ratio lebih berfokus pada komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid seperti kas, surat-surat berharga, piutang yang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang jangka pendek (Martono, 2003 hal 56).

Jika terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara quick ratio dengan current ratio, dimana posisi current ratio meningkat sedangkan pada quick rationya menurun, hal ini menandakan bahwa terjadi sebuah investasi yang besar pada persediaan.

Rasio ini akan menunjukan kemampuan ativa lancar yang paling likuid sanggup menutupi hutang lancar. Dimana semakin besar Quick rasio maka semakin baik, sedangkan untuk angka rasio ini tidaklah harus mencapai angka 100% atau 1:1, artinya walaupun rasio nya tidak mencapai angka 100% dan hanya mendekati 100% maka perusahaan juga sudah dikatakan sehat (Harahap, 2002 hal 302).

c. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio ini berguna untuk membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa dengan segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Dalam hal ini kas yang di maksud adalah uang perusahaan yang disimpan di kantor dan yang ada di bank dalam bentuk rekening koran.

Sedangakan harta setara dengan kas atau near cash adalah merupakan harta lancar yang dengan mudah dan cepat untuk dapat diuangakan kembali, hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian Negara yagn menjadi domisili dari perusahaan yang bersangkutan.

Cash Ratio dihitung menggunakan rumus :
Rasio ini akan menunjukan porsi jumlah kas ditambah dengan setara kas kemudian dibandingkan dengan totoal aktiva lancar. Dimana kondisi semakin besar rasionya semakin baik pula, rasio ini sama dengan Quick ratio, dimana angkanya tidak harus mencapai 100% (Harahap, 2002 hal 302).

2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang memiliki kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilukuidasi. Perusahaan yang memiliki kekayaan atau aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya disebut sebagi perusahaan yang solvable, sedang yang tidak disebut dengan perusahaan yang insolvable.

Rasio ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pengelolaan sember dana dari suatu perusahaan. Selain itu rasio ini juga digunakan untuk melihat sumber pendanaan perusahaan, apakah berasal dari hutang atau modal perusahaan. Rasio solvabilitas di sebut juga rasio leverage (pengungkit).

Rasio solvabilitas terdiri dari :
a. Rasio Hutang (Debt Ratio)
Debt ratio atau yang biasanya disebut denan rasio hutang ini digunakan untuk mengukur presentase besarnya danan yang berasal dari hutang. Dimana hutang yang dimaksud adalah semua hutang yang dimiliki perusahaan baik yang berjangaka pendek maupun berjangka panjang. 

Debt Ratio dihitung menggunakan rumus :
Rasio ini akan menggambarkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Dimana kondisi semakin kecil rasionya makan semakin aman (solvable). Sebagai catatan porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil atau berada dibawahnya.

b. Debt to equity ratio atau rasio hutang dengan modal sendiri
Maksud dari rasio hutang dengan modal sendiri ini adalah keseimbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri, atau semakin tinggi rasio ini menandakan bahwa modal sendiri lebih kecil dibandingkan dengan hutangnya.

Debt To Equity Ratio dihitung menggunakan rumus :
Jika kita memiliki perusahaan maka sebaiknya besaran hutang tidaklah melebihi modal sendiri. Hal ini dimaksudkan agar beban tetapnya tidak terlalu tingi, jadi dapat disimpulkan bahwa semakin kecil rasio ini semakin baik. Maksudnya adalah semakin kecil hutang terhadap modal, maka semakin aman.

c. Rasio Kemampuan Membayar Bunga (Times Interest Earned Ratio)
Pada rasio ini solvabilitas keuangan di ukur dasi sejauh mana bunga obligasi dapat di tutup oleh laba. Pada umumnya bank lebih suka meminjamkan uangnya kepada perusahaan yang labanya jauh melebihi pembayaran bunga dan pajak (Earning Before Interest and Tax/EBIT) terhadap pembayaran bunga.

Times Interest Earned Ratio dihitung menggunakan rumus :
Pembayaran bunga reguler merupakan rintangan yang harus selalu dihadapi perusahaan jika ingin terhindar dari kegagalan pembayaran. Rasio kemampuan membayar bunga (disebut juga rasio cakupan bunga / interest covered ratio) mengukur seberapa jauh kisaran antara rintangan dan pembuat rintangan.

3. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas disebut juga rasio profitabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba/keuntungan.
Rasio ini sering pula disebut sebagai Rasio Profitabilitas, yaitu mengukur performance atau efektifitas manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan oleh laba yang diperoleh dari penjualan dan investasi.
Rasio yang satu ini cukup mendapatkan perhatian yang khusus karena rasio ini berkaitan erat dengan kelangsungan hidup suatu perusahaan, dan berikut ini adalah beberapa rasio yang termasuk dalam rasio rentabilitas:

a. Margin Laba Operasi (Operation Profit Margin/OPM)
Rasio ini akan menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.
Margin Laba menginformasikan laba yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Ketika sebagian perusahaan dibiayai oleh hutang, laba dibagi antara pemegang saham (pemilik) dan pemegang hutang (debitur).
Perusahaan biasanya menerapkan pendanaan hutang dan membayarkan  sebagian labanya sebagai bunga. Oleh karena itu ketika menghitung margin laba, hutang bunga dimasukkan kembali ke laba bersih. Definisi ini dinamakan margin laba operasi. Perhitungan margin laba operasi dilakukan dengan membandingkan pendapatan sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap penjualan. 

Margin Laba Operasi dihitung menggunakan rumus :
Beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya margin laba operasi :
  1. Jumlah produk yang terjual
  2. Biaya produksi 
  3. Beban umum dan administrasi
  4. Beban pemasaran dan distribusi produk perusahaan
b. Net Profit Margin
Menurut Prastowo dan Juliati 2003:91 margin laba bersih atau Net Profit Margin, berguna untuk mengukur rupiah laba bersih yang diperoleh dari setiap satu rupian penjualan dan kemudian untuk mengukur efisein, biaya produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga, maupun pengelolaan pajak.

Semakin tinggi rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.

Namun apabila rasionya rendah, hal ini akna menunjukkan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk penjualan tertentu, maupun dua kombinasi dari kedua hal tersebut.

Net Profit Margin dihitung menggunakan rumus :
Fungsi utama dari rasio ini adalah untuk mengukur jumlah setiap laba bersih yang dihasilkan dari setiap satu rupiah penjualan. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi rasio nya maka artinya semakin baik. Mengapa demikian, ini karena perusahaan menunjukan kemampuan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.

c. Return On Investment (ROI)
Dalam bukunya Sutrisno pada 2001: 255 menjelaskan ROI merupakan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan yang akan diberdaya gunakan untuk investasi yang dikelurkan.
Penggunaan laba pada rasio ini adalah laba besih setelah pajak atau EAT (Earning After Tax).

ROI dihitung menggunakan rumus :
ROI (return on investment) mengacu pada persentase hasil atau (rate of return) dari suatu periode investasi tertentu. Ingat disini ada periode waktu tertentu.

ROI dihitung berdasarkan setiap Rupiah yang diinvestasikan (total modal). ROI dihitung berdasarkan arus kas sebenarnya. Cara menghitung ROI adalah keuntungan / modal.

Contoh
Pak Ronald investasi di sebuah perusahaan sebesar Rp 100.000.000. Setahun kemudian Pak Ronald mendapatkan keuntungan investasi sebesar Rp 10.000.000. Maka ROI investasi Pak Ronald adalah
Rp 10.000.000 / Rp 100.000.000 = 10%
Semakin tinggi rasio ini semakin baik, rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih setelah pajak yang dihasilkan dari setiap rupiah investasi yang dikeluarkan.


d. ROA (Return On Assets)

Sutrisno 2001:254 menjelaskan bahwa ROA disebut juga sebagai rentabilitas ekonomi, dimana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.

ROA (return on asset) mengacu pada profitabilitas (profitability) dan efisiensi operasional (operational efficiency). ROA sering digunakan untuk membandingkan performa bisnis Anda dibandingkan competitor dan industri sejenis.
Dalam hal ini laba yang diperoleh merupakan laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT.


ROA dihitung dengan cara : Penghasilan bersih / total aset. Dimana total aset adalah gabungan antara hutang (liability) dan modal (equity).

ROA dihitung menggunakan rumus :

e. ROE (Return On Equity)
ROE (return on equity) dapat dihitung dengan rumus Dupont Formula, yang dipengaruhi tiga faktor, profitabilitas (profitability), efisiensi operasional (operational efficiency) dan utang (leverage). ROE dihitung dengan cara: Penghasilan bersih / modal (equity).

Pada kasus yang sama (Kasus Pak Ronald) ROI dan ROE bisa berbeda, dengan adanya faktor utang atau leverage. Satu hal yang harus diperhatikan adalah menggunakan utang selalu memiliki plus dan minusnya. Jadi pertimbangkan baik-baik saat menggunakan opsi utang.

ROE dihitung menggunakan rumus :
Contoh (melanjutkan contoh di atas)

Pak Ronald investasi di sebuah perusahaan sebesar Rp 100.000.000. Pak Ronald menggunakan modal sendiri (equity) sebesar Rp 50.000.000.

Sisanya Pak Ronald menggunakan utang ke perusahaan (liability) sebesar Rp 50.000.000, dengan bunga 5% per tahun.

Setahun kemudian Pak Ronald mendapatkan keuntungan investasi sebesar Rp 10.000.000. Maka ROE investasi Pak Ronald adalah :

Bayar bunga utang = 5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000

Untung setelah bayar bunga = Rp 10.000.000 – Rp 2.500.000 = Rp 7.500.000

ROE Pak Ronald adalah = Rp 7.500.000 / Rp 50.000.000 = 15%.

4. Rasio Aktivitas/Perputaran
Rasio aktivitas di sebut juga Asset Management Ratios yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menggunakan sumber daya aktivanya agar dapat memberikan aliran kas masuk untuk perusahaan.

Rasio efisiensi terdiri dari :
a. Rasio Perputaran Total Aktiva (Asset turnover ratio)
Mengenai hal ini Sutrisno dalam bukunya menjelasakan bawa rasio ini merupakan ukuran efektifitas pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjulan, dimana semakin tinggi tingkat perputaranya semakin efektif pula perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya.Rasio ini memperlihatkan tingkat keberhasilan perusahaan dalam menggunakan aktivanya.
Rumus :
Rasio yang tinggi dalam perputaran total aktiva ini biasanya menunjukan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah menyebabkan manajemen harus melakukan evaluasi megnenai strategi pemasaranya dan juga pengeluran investasi atau modalnya.
b. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory turnover ratio)
Menurut Hanafi dan Halim, 2000:80, adanya perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan berputar dalam satu tahun, hal ini menandakan adanya efektifitas manajemen persediaan. Namun sebaliknya, apabila perputaran persediaan yang ada pada perusahaan rendah, maka hal ini menunjukan kurang adanya keefektifan dalam pengelolaan persediaan pada perusahaan tersebut.
Rumus :
Perusahaan yang efisien adalah mereka yang memutar persediaan secara cepat tanpa mengeluarkan modal yang lebih besar daripada kebutuhan akan bahan baku atau barang jadi.

c. Rata-Rata Periode Penagihan (Average collection period)
Rasio ini mengukur seberapa cepat pelanggan membayar tagihan mereka. Rata-rata periode penagihan mengekspresikan piutang dalam penjualan harian.
Rumus :







Produk dan Jasa

Produk dan Jasa (Product & Service)

Kata produk berasal dari bahasa Inggris product yang berarti "sesuatu yang diproduksi oleh tenaga kerja atau sejenisnya".Bentuk kerja dari kata product, yaitu produce, merupakan serapan dari bahasa latin prōdūce(re), yang berarti (untuk) memimpin atau membawa sesuatu untuk maju. Pada tahun 1575, kata "produk" merujuk pada apapun yang diproduksi ("anything produced"). Namun sejak 1695, definisi kata product lebih merujuk pada sesuatu yang diproduksi ("thing or things produced"). Produk dalam pengertian ekonomi diperkenalkan pertama kali oleh ekonom-politisi Adam Smith.

Dalam penggunaan yang lebih luas, produk dapat merujuk pada sebuah barang atau unit, sekelompok produk yang sama, sekelompok barang dan jasa, atau sebuah pengelompokan industri untuk barang dan jasa.

Dalam bisnis, produk adalah barang atau jasa yang dapat diperjualbelikan. Dalam marketing, produk adalah apapun yang bisa ditawarkan ke sebuah pasar dan bisa memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan. Dalam tingkat pengecer, produk sering disebut sebagai merchandise. Dalam manufaktur, produk dibeli dalam bentuk barang mentah dan dijual sebagai barang jadi. Produk yang berupa barang mentah seperti metal atau hasil pertanian sering pula disebut sebagai komoditas.

Definisi Produk Menurut Para Ahli

Swastha dan Irawan (1990:165)
Menurut Swastha dan Irawan, Produk adalah suatu sifat kompleks, baik dapat diraba maupun tidak diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan, pelayanan pengusaha dan pengecer, yang diterima pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan.

Fandy Tjiptono (1999:95)
Menurut Fandy Tjiptono, Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminya, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.

Stanton (1996:222)
Menurut Stanton, Produk adalah kumpulan dari atribut-atribut yang nyata maupun tidak nyata, termasuk didalamnya kemasan, warna, harga, kualitas dan merk ditambah dengan jasa dan reputasi penjualan.

William J. Stanton
Menurut William J. Stanton, Dalam arti sempit, Produk adalah sekumpulan atribut fisik secara nyata yang berhubungan dalam bentuk yang bisa diidentifikasikan. Sedangkan secara umum, produk adalah sekumpulan atribut yang nyata dan tidak nyata yang didalamnya tercakup warna, harga, kemasan, prestise pengecer dan pelayanan dari pabrik dan pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang dapat memuaskan keinginannya

Philip Kotler
Menurut Kotler, Produk memiliki arti yang luas yaitu segala sesuatu yang ditawarkan, dimiliki, ipergunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan termasuk didalamnya fisik, jasa, orang, tempat organisasi dan gagasan.

H. Djaslim Saladin, SE
H. Djaslim Saladin, SE mengemukakan beberapa pengertian produk diantaranya:
  • Pengertian produk dalam arti sempit yaitu sekumpulan sifat fisik dan kimia yang berwujud yang dihimpun dalam suatu bentuk serupa dan yang telah dikenal.
  • Pengertian produk dalam arti luas yaitu sekelompok sifat yang berwujud dan tidak berwujud yang didalamnya tercakup warna, harga, kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer, dan pelayanan yang diberikan konsumen dan pengecer yang dapat diterima konsumen sebagai kepuasan yang ditawarkan terhadap keinginan atau kebutuhan konsumen.
  • Pengertian produk secara umum yaitu segala sesuatu yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan atau keinginan manusia, baik yang berwujud maupun tidak berwujud.
Jenis-Jenis Produk
Jenis Produk menurut Sifat/Intensitas kebutuhan pemakainya :
  • Produk Primer : Produk utama yang dibutuhkan masyarakat , seperti rumah, makanan, dan pakaian.
  • Produk Sekunder (Penunjang) : Produk penunjang kehidupan masyarakat agar lebih baik, seperti Jasa Pendidikan, Produk Kesehatan, Telepon Genggam (HP), Komputer, radio, televise, dsb
  • Produk Tertiter : Produk kebutuhan pelengkap yang sifatnya mewah, seperti : mobil mewah,rumah mewah,home-teather,dll
Namun Secara umum terdapat 2 macam produk yaitu produk konsumsi dan produk industri.
  1. Produk konsumsi adalah produk yang dipakai oleh konsumen akhir. Dalam hal ini, produk yang dibeli akan dikonsumsi atau diguankan langsung dan tidak dijual maupun dibisniskan kembalioleh orang yang bersangkutan.
  2. Produk Industri adalah produk yang sengaja dibeli sebagai bahan baku maupu sebagai barang yang diperdagangkan kembali oleh pembelinya. Dalam hal ini, produk yang dibeli akan dibuat menjadi produk lain maupan dijual kembali dengan tujuan mencari keuntungan.
Klasifikasi Produk
Menurut Kotler (2000:45), produk diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu:
Berdasarkan Wujud
Berdasarkan wujudnya, produk diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: Barang dan Jasa.
  1. Barang adalah produk yang berwujud fisik, sehingga dapat dilihat, diraba, disetuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan dan perlakukan fisik lainnya.
  2. Jasa adalah aktivitas, manfaat dan kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Contoh produk berupa jasa diantaranya seperti salon, hotel dan lain sebagainya.
Berdasarkan Daya Tahan
Berdasarkan daya tahannya, produk dikategorikan menjadi 2 yaitu:
  1. Barang tidak tahan lama (nondurable goods) adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Contohnya: sabun, pasta gigi dan sebagainya.
  2. Barang tahan lama (durable goods) adalah barang berwujud yang biasanya dapat bertahan lama dengan banyaknya pemakaian. Contohnya: lemari es dan lain-lain.
Menurut Fandy Tjiptono, produk diklasifikasikan menjadi barang konsumen dan barang industri:
Barang Konsumen
Barang Konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir dan bukan untuk kepentingan bisnis, terdapat empat jenis barang konsumen yaitu:
  1. Convenience Goods yaitu barang yang umumnya memiliki frekuensi pembelian yang tinggi (sering dibeli), diperlukan dalam waktu segera dan membutuhkan usaha yang minimum dalam perbandingan dan pembeliannya.
  2. Shooping Goods adalah barang yang proses pemilihan dan pembelianya konsumen membandingkan harga, kualitas, dan model diantara berbagai alternatif yang ada. Contohnya: alat rumah tangga, pakaian dan lain sebagainya.
  3. Speciality goods adalah barang yang memiliki karakteristik atau identifikasi merek yang unik dimana sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. Umumnya jenis barang ini terdiri atas barang-barang mewah, dengan merek dan model yang spesifik, seperti mobil jaguar dan pakaian desain terkenal.
  4. Unsought goods adalah barang yang tidak diketahui maupun telah diketahui konsumen, konsumen belum tentu tertarik untuk membelinya. Contohnya: batu nisan, ensiklopedi, tanah pekuburan dan lain sebagainya.
Barang Industri
Barang industri adalah barang yang di konsumsi oleh konsumen antara atau konsumen bisnis. Barang industri ini selain digunakan untuk di konsumsi langsung, yaitu untuk diolah menjadi barang lain atau untuk dijual kembali. Terdapat 3 kelompok barang industri, yaitu:
  1. Material and part adalah barang yang sepenuhnya masuk dalam produk jadi. Kelompok ini dibagi menjadi bahan baku, bahan jadi dan suku cadang.
  2. Capital Items adalah barang tahan lama yang memberi kemudahan dalam mengembangkan atau mengelola produk jadi.
  3. Supplies and service adalah barang yang tidak tahan lama dan jasa yang memberi kemudahan dalam mengembangkan/mengelola keseluruhan produk jadi.
Tingkatan Produk
Produk dibagi menjadi lima tingkatan diantaranya:
  1. Manfaat dasar dari produk yang ditawarkan pada konsumen.
  2. Bentuk dasar dari produk yang dapat dirasakan panca indera.
  3. Serangkaian atribut produk dan kondisi yang diharapkan pembeli pada saat membeli produk.
  4. Sesuatu yang membedakan antara produk yang ditawarkan dengan produk yang ditawarkan lainnya.
  5. Semua argumentasi dan perubahan bentuk yang dialami oleh produk dimasa datang.
Menurut Pandy Tjiptono (1999:96-97) :
Dalam merencanakan penawaran produk pemasaran perlu memahami tingkatan produk seperti:
  1. Produk utama (core benefit) adalah manfaat sebenarnya yang perlukan dan akan dikonsumsi konsumen setiap produk.
  2. Produk generic yaitu produk dasar yang memenuhi fungsi produk paling dasar atau rancangan produk minimal bisa berfungsi.
  3. Produk harapan (expected product) adalah produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal diharapkan dan disepakati untuk dibeli.
  4. Produk pelengkap (equipmented product) adalah berbagai atribut produk yang dilengkapi berbagai manfaat dan layanan sehingga dapat menentukan tambahan kepuasan dan dapat dibedakan dengan produk asing.
  5. Produk potensial adalah segala jenis tambahan dan perubahan yang mungkin dikembangkan untuk suatu produk di masa mendatang
Barang menurut motivasi pembeli dan penggunaannya :
  1. Consumer Goods : Barang yang dibeli untuk langsung dihabiskan.
  2. Industrial Goods : Barang (Bahan Baku) atau Bahan Mentah yang di beli untuk untuk diolah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi.
  3. Business Goods : Barang yang dibeli untuk di jual kembali, dikombinasikan dengan barang lain, dibuat inovatif dan mencirikan perusahaan penjual.
PENGERTIAN JASA
Secara umum, Jasa adalah pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasar mata dan satu pihak kepada pihak lain.

Pada umumnya jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan, di mana interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut. Dalam pengertian yang lain, jasa adalah kegiatan yang dapat diidentifikasikan, yang bersifat tak teraba, yang direncanakan untuk pemenuhan kepuasan konsumen. Untuk menghasilkan jasa mungkin perlu atau mungkin juga tidak perlu penggunaan barang yang berwujud. Walaupun diperlukan barang berwujud, akan tetapi tidak terdapat pemindahan hak milik atas benda tersebut.

Jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Contohnya bengkel, salon, kursus, hotel, rumah sakit, cafe dan sebagainya. Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata ‘jasa’ (service) itu sendiri mempunyai banyak arti, mulai dari pelayanan pribadi sampai jasa sebagai suatu produk. Sejauh ini sudah banyak pakar pemasaran jasa yang berusaha mendifinisikan pengertian jasa.

Definisi Jasa menurut beberapa ahli :
  1. Norman (1984) memberikan pengertian jasa yaitu jasa terdiri dari tindakan dan interaksi yang merupakan kontak sosial. Jasa lebih dan sekadar hasil sesuatu yang tak terhalang, dan jasa merupakan interaksi sosial antara produsen dan konsumen.
  2. ( Kotler,1994 ).Setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun. Produksi jasa bisa berkaitan dengan produk fisik atau sebaliknya. 
  3. ( Lehtinen, 1983 ) A service is an activity or a series of activities which take place in interactions with a contact person or physical machine and which provides consumer satisfaction
  4. (Gronroos, 1 990)“A service is an activity or series of activities of more or less intangible nature that normally, hut not necessarile, take place in interactions between the customer and service employees and/or physical resources or good ard/or system of the service provider, which are provided as solutions to customer problems.”
  5. (jasa adalah proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang biasanya(namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan karyawan jasa dan atau sumber daya fisik atau barang dan atau sistem penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan)
  6. Adrian Payne: jasa adalah aktivitas ekonomi yang mempunyai sejumlah elemen (nilai atau manfaat) intangibel yang berkaitan dengannya, yang melibatkan sejumlah interaksi dengan konsumen atau dengan barang-barang milik, tetapi tidak menghasilkan transfer kepemilikan. Perubahan daiam kondisi bisa saja muncul dan produksi suatu jasa bisa memiliki atau bisa juga tidak mempunyai kaitan dengan produk fisik.
Sementara perusahaan yang memberikan operasi jasa adalah perusahaan yang memberikan konsumen produk jasa baik yang berwujud atau tidak, seperti transportasi, hiburan, restoran dan pendidikan.
Dari definisi di atas, tampak bahwa di dalam jasa selalu ada interaksi antara pihak konsumen dan pihak produsen, meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa bukan suatu barang, melainkan suatu proses atau aktivitas yang tidak berwujud.

Karakteristik Barang dan Jasa
Beberapa karakteristik utama dari jasa, menurut Kotler(1 993:230), adalah sebagai berikut:
1. Intangibility (Tidak berwujud)
Jasa mempunyai sifat tidak berwujud karma tidak bisa dindentifikasi oleh ke lima indera manusia, seperti: dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum terjadi proses transaksi pembelian.
2. Inseparability (Tidak dapat dipisahkan)
Jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, apakah sumber itu merupakan orang maupun mesin, disamping itu apakah sumber itu hadir atau tidak, produk fisik yang berwujud tetap ada.
3. Variability (Berubah-ubah)
Jasa dapat mudah berubah-ubah karena jasa ini tergantung pada siapa yang menyajikan, kapan, dan dimana disajikan.
4. Perishability (Daya tahan)
Jasa tidak dapat disimpan dan tidak memiliki daya than yang lama karena sifatnya tergantung dari fluktuasi permintaan.

Macam-macam jasa
Menurut Converse (1992:233), macam-macam jasa seperti yang telah disebutkan diatas, dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Personalized services
Personal services adalah jasa yang sangat mengutamakan pelayanan orang dan perlengkapannya, seperti tukang cukur, salon kecantikan, laundry, foto. Sementara itu, yang sangat perlu diperhatikan dalam pemasaran jasa antara lain adalah, lokasi yang baik, menyediakan fasilitas dan suasana yang menarik, serta nama baik yang bersangkutan. Dalam marketing personal services diusahakan supaya timbul semacam patronage motive yaitu keinginan untuk menjadi langganan tetap. Contohnya patronage ini bisa timbul di dalam usaha laundries, karena kebersihan, layanan yang ramah tamah serta baik, dan sebagainya.

2. Financial services
Financial services terdiri dari:
a) Banking services (Bank).
b) Insurance services (Asuransi).
c) Investment securities (Lembaga penanaman modal).
d) Public utility and Transportation services.

Perusahaan public utility mempunyai monopoli secara alamiah, misalnya perusahaan listrik, air minum. Para pemakainya terdiri dari: Domestic consumer (konsumen lokal), Commercial and office (perkantoran dan perdagangan), Municipalities (kota praja, pemda).
Sedangkan dalam transportation services, meliputi: angkutan kereta api, kendaraan umum, pesawat udara, dsb. Pelayanan disini ditujukan untuk angkutan penumpang dan angkutan barang.

3. Entertainment
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah usaha-usaha dibidang olahraga, bioskop, gedung-gedung pertunjukan, dan usaha-usaha hiburan lainnya. Metode marketing yang dipakai adalah sistem penyaluran langsung dimana karcis dijual di loket-loket.

4. Hotel services
Hotel merupakan salah satu sarana dalam bidang kepariwisataan. Dalam hal ini hotel perlu mengadakan kegiatan bersama dengan tempat-tempat rekreasi, hiburan, travel biro, dan sebagainya.

Contoh dari bisnis jasa yang perkembangannya cukup pesat adalah:
  1. Bisnis jasa: konsultan, keuangan, perbankan
  2. Perdagangan jasa: eceran, pemeliharaan dan perbaikan
  3. Jasa infrastruktur: komunikasi, transportasi
  4. Jasa personal/sosial: restoran, perawatan kesehatan
  5. Administrasi umum: pendidikan, pemerintah.









Jumat, 02 November 2018

Rencana Penjualan (Budget Penjualan)



Rencana Penjualan  (Budget Penjualan)

Dalam membuat rencana penjualan perusahaan, cara yang efektif adalah dengan membuat Anggaran Penjualan atau Budget Penjualan (Sales Budget).

Budget Penjualan adalah budget yang merencanakan secara terperinci tentang penjualan perusahaan selama periode yang akan datang, yang di dalamnya meliputi rencana tentang  jenis (kualitas) barang, jumlah (kuantitas) barang, dan harga barang yang akan dijual, serta waktu dan tempat (daerah) penjualannya.

Kegunaan Budget Penjualan :
1. Secara Umum
  • Sebagai pedoman kerja
  • Sebagai alat pengkoordinasian kerja
  • Sebagai alat pengawasan kerja
2. Secara Khusus
Sebagai dasar penyusunan semua budget-budget dalam perusahaan karena budget penjualan harus di susun paling awal daripada budget-budget yang lain.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun Budget penjualan, secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Faktor-Faktor Internal, yaitu data, informasi dan pengalaman yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri, seperti :
  • Penjualan pada tahun-tahun yang lalu meliputi jenis, jumlah, harga, waktu dan tempat penjualannya
  • Kebijakan perusahaan seperti penetapan harga jual, media promosi yang dipilih, pemilihan saluran distribusi dan sebagainya
  • Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan
  • Tenaga kerja yang tersedia
  • Modal kerja yang dimiliki perusahaan
  • Fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki perusahaan
2. Faktor-Faktor Eksternal, yaitu data, informasi dan pengalaman yang diperoleh dari luar perusahaan itu sendiri, seperti :
  • Tingkat penghasilan masyarakat
  • Kebijakan pemerintah
  • Keadaan persaingan di pasar
  • Posisi perusahaan dalam persaingan
  • Tingkat pertumbuhan penduduk
  • Keadaan perekonomian nasional
  • Kemajuan teknologi
Cara Melakukan Penaksiran (forecasting)
Suatu budget dapat berfungsi dengan baik bilamana taksiran-taksiran (forecasting) yang termuat didalamnya cukup akurat, sehinga tidak jauh berbeda dengan realisasi nantinya. Khususnya penaksiran tentang jumlah barang yang akan dijual beserta harganya, disertai dengan jenis produk, waktu dan tempat penjualannya.
Menurut sifatmya metode untuk melakukan penaksiran dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Bersifat Kualitatif (non statistical method atau opinion method), yaitu cara penaksiran yang menitik beratkan pada pendapat seseorang. Cara penaksiran semacam ini mempunyai kelemahan yaitu bahwa pendapat seseorang yang sering cenderung subyektif daripada obyektif. Sehingga hasil taksirannya diragukan keakuratannya.
Beberapa cara penaksiran yang bersifat kualitatif :
  • Pendapat konsumen
  • Pendapat Pimpinan
  • Pendapat Lembaga Penyalur
  • Pendapat Para Ahli
2. Bersifat Kuantitatif (statistical method), yaitu cara penaksiran yang menitik beratkan pada perhitungan-perhitungan angka dengan menggunakan berbagai metode statistika. Dengan harapan hasil penaksiran dapat lebih obyektif. Namun metode ini juga memiliki kelemahan yaitu tidak dapat mengukur hal-hal yang bersifat kualitatif seperti : selera konsumen, kebiasaan konsumen, pola pikir masyarakat dan sebagianya.
Adapun cara penaksiran yang bersifat kuantitatif antara lain :
a. Berdasarkan pada data historis dari satu variabel saja, yaitu variabel yang akan ditaksir, seperti :
  • Metode trend bebas (free hand method)
  • Metode trend setengah rata-rata (semi average method)
  • Metode trend moment (moment method)
  • Metode trend least square (lesat square method)
  • Metode kuadratik (parabolic method)
b. Berdasarkan data historis dari variabel yang akan ditaksir (variabel terikat) serta hubungannya dengan data historis dari variabel lain (variabel bebas) yang di duga memiliki pengaruh yang signifikan (cukup kuat) terhadap perubahan/perkembangan dari variabel yang akan ditaksir.
Cara penaksiran seperti ini misalnya :
  • Metode Regresi Tunggal (sederhana), dimana penaksiran hanya menggunakan satu variabel bebas  dan satu variabel terikat.
  • Metode Regresi Berganda (multiple regression), dimana penaksirannya mengunakan 1 variabel terikat dan menggunakan lebih dari 1 variabel bebas.
c. Metode penaksiran statistika (trend ataupun regresi) yang diterapkan pada berbagai analisis khusus, misalnya :
  • Analisis Industri atau Analisis Market Share
  • Analisis Jenis-Jenis Produk Yang Dihasilkan Perusahaan (product line)
  • Analisis Pemakai Produk Akhir (end user analysis)
Karena penaksiran (forecasting) yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif memiliki kebaikan dan kelemahan masing-masing, maka dalam penggunaannya, cara penaksiran yang bersifat kuantitatif dipakai sebagai metode penaksiran yang pokok (utama) sedangkan penaksiran yang bersifat kualitatif dipergunakan sebagai pelengkap.

Dalam blog ini yang akan dibahas hanya tentang cara analisis mempergunakan Metode Trend Moment dan Metode Least Square saja.

METODE TREND MOMENT
Rumus yang dipergunakan :



dimana :


Keterangan :
Y' = nilai trend
Y = data historis
X = parameter penganti waktu (tahun)
n = jumlah data

Ilustrasi :

Diketahui data historis tentang harga dari sebuah perusahaan adalah sebagai berikut :

Tahun
Harga
2009
4.660
2010
4.680
2011
4.590
2012
4.710
2013
4.740
2014
4.750
2015
4.700
2016
4.780
2017
4.800
Jumlah
42.480

Teknik penyelesaiannya adalah sebagai berikut :

Tahun
Harga
(Y)
(X)
(XY)
(X2)
2009
4.660
0
0
0
2010
4.680
1
4.680
1
2011
4.590
2
9.180
4
2012
4.710
3
14.130
9
2013
4.740
4
18.960
16
2014
4.750
5
23.750
25
2015
4.700
6
28.620
36
2016
4.780
7
33.460
49
2017
4.800
8
38.400
64
Jumlah
42.480
36
171.180
204








Dengan menerapkan rumus di atas maka dapat di hitung :

  42.480 =   9a +   36b     --> persamaan pertama ( x4 )
171.180 = 36a + 204b     --> persamaan kedua ( x1 )

169.920 = 36a + 144b
171.180 = 36a + 204b
---------------------------
  - 1.260 = - 60b
           b = 21

Setelah diketahui nilai b = 21, selanjutnya dimasukkan ke dalam persamaan pertama :

42.480 = 9a + 36(21)
42.480 = 9a + 756
       9a = 41.724
         a = 4.636

Jadi fungsi garis lurus yang dicari (diperoleh)  adalah :

Dengan diketahui fungsi nya maka dapat dipergunakan untuk menaksir harga tahun 2018 yaitu :

nilai X untuk tahun 2018 adalah 9, maka :




Jika dibuat grafik untuk membandingkan antara HARGA RIIL dengan HARGA FORECAST adalah seperti di bawah ini :




METODE LEAST SQUARE
Metode ini sebenarnya sama dengan metode trend moment, perbedaannya hanya perlakuan terhadap nilai parameter X. Dimana jumlah parameter X diusahakan sedemikian rupa sehingga sama dengan nol. atau

Sehingga rumus dengan metode least square menjadi lebih sederhana, yaitu :






maka dengan metode trend least square akan terlihat sebagai berikut :
Tahun
Harga
(Y)
(X)
(XY)
(X2)
2009
4.660
-4
- 18.640
16
2010
4.680
-3
- 14.040
9
2011
4.590
-2
- 9.180
4
2012
4.710
-1
- 4.710
1
2013
4.740
0
0
0
2014
4.750
1
+ 4.750
1
2015
4.700
2
+ 9.540
2
2016
4.780
3
+ 14.340
9
2017
4.800
4
+ 19.200
16
42.480
0
1.260
60

contoh di atas adalah apabila data historis berjumlah ganjil, jika data historis berjumlah genap maka susunan parameter X akan sedikit berbeda tetapi tetap berpedoman bahwa jumlah paramater X sama dengan nol

Tahun
Harga
(Y)
(X)
(XY)
(X2)
2008
4.670
- 9
- 42.030
81
2009
4.660
- 7
- 32.620
49
2010
4.680
- 5
- 23.400
25
2011
4.590
- 3
- 13.770
9
2012
4.710
- 1
- 4.710
1
2013
4.740
+ 1
+ 4.740
1
2014
4.750
+ 3
+ 14.250
9
2015
4.700
+ 5
+ 23.500
25
2016
4.780
+ 7
+ 33.480
49
2017
4.800
+ 9
+ 43.200
81
47.150
0
2.620
330

selanjutnya selesaikan sendiri