Minggu, 11 November 2018

Rasio Keuangan (Financial Ratio)

Rasio Keuangan (Financial Ratio)

Salah satu cara atau metode yang biasa digunakan untuk melakukan analisis terhadap laporan keuangan adalah dengan melakukan analisis rasio. Analisi rasio adalah sebuah metode atau cara analisa dengan menggunakan perhitungan perbandingan dari data kuantitatif yang terdapat dalam laporan neraca maupun laba rugi.

Umumnya perhitungan rasio-rasio data keuangan dilakukan untuk menilai kinerja suatu perusahaan dimasa lalu, masa sekarang dan perkiraan atau berbagai kemungkinan yang terjadi pada masa yang akan datang. Penggunaan rasio keuangan pada dasarnya bermacam-macam, hal ini tergantung dari kepentingan dari masing-masing perusahaan.

Pengertian
Pengertian analisis rasio keuangan atau yang dikenal dengan istilah financial ratio ialah sebagai alat analisis untuk membandingkan angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan dan juga untuk melihat atau mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta menilai kinerja manajemen perusahaan tersebut dalam satu periode tertentu.

Jenis-Jenis Rasio Keuangan
1. Rasio Likuiditas (Liquidity ratio)
merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan aktiva guna  memperoleh pendapatan dalam waktu singkat.
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukan kemampuan atau kesanggupan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Perusahaan yang sanggup membayar kewajibanya atau hutang jangka pendek maka perusahaan tersebut di sebut likuid, sedangkan perusahaan yang tidak sanggup membayar hutang jangka pendeknya maka disebut perusahaan ilikuid.

Kebanyakan perusahaan dalam menggunakan rasio likuiditas untuk mengukur tingkat likuiditas nya menggunakan diantara lain sebagai berikut:

a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini memberikan informasi mengenai kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang lancar. Yang termasuk dalam aktiva lancar seperti kas, piutang dagang, efek (surat berharga), persedian dan aktiva-aktiva lainnya.

Sedangkan yang termasuk dalam hutang lancar meliputi, hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji dan hutang lainya yang menuntut untuk segera dibayarkan (sutrisno, 2001;247).

Rasio Lancar dihitung menggunakan rumus :
Menurut (Harahap, 2002:301) jika semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Dianalogikan apabila rasio lancar 1:1 atau 100% itu artinya bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Jadi sebuah perusahaan dikatan sehat apabila rasionya berada dia atas angka 1 atau di atas 100%. Sebagai catatan aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar.

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Sering disebut juga dengan acid ratio, rasio cepat merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid. Aktiva yan lebih likuid yaitu : kas, sekuritas (surat berharga), dan tagihan yang belum di bayar oleh pelanggan.
Disini persediaan tidak dimasukkan kedalam perhitungan quick ratio, karena persediaan merupakan salah satu komponen dari aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya.

Rasio Cepat dihitung menggunakan rumus :
Dalam hal ini quick ratio lebih berfokus pada komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid seperti kas, surat-surat berharga, piutang yang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang jangka pendek (Martono, 2003 hal 56).

Jika terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara quick ratio dengan current ratio, dimana posisi current ratio meningkat sedangkan pada quick rationya menurun, hal ini menandakan bahwa terjadi sebuah investasi yang besar pada persediaan.

Rasio ini akan menunjukan kemampuan ativa lancar yang paling likuid sanggup menutupi hutang lancar. Dimana semakin besar Quick rasio maka semakin baik, sedangkan untuk angka rasio ini tidaklah harus mencapai angka 100% atau 1:1, artinya walaupun rasio nya tidak mencapai angka 100% dan hanya mendekati 100% maka perusahaan juga sudah dikatakan sehat (Harahap, 2002 hal 302).

c. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio ini berguna untuk membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa dengan segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Dalam hal ini kas yang di maksud adalah uang perusahaan yang disimpan di kantor dan yang ada di bank dalam bentuk rekening koran.

Sedangakan harta setara dengan kas atau near cash adalah merupakan harta lancar yang dengan mudah dan cepat untuk dapat diuangakan kembali, hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian Negara yagn menjadi domisili dari perusahaan yang bersangkutan.

Cash Ratio dihitung menggunakan rumus :
Rasio ini akan menunjukan porsi jumlah kas ditambah dengan setara kas kemudian dibandingkan dengan totoal aktiva lancar. Dimana kondisi semakin besar rasionya semakin baik pula, rasio ini sama dengan Quick ratio, dimana angkanya tidak harus mencapai 100% (Harahap, 2002 hal 302).

2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang memiliki kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilukuidasi. Perusahaan yang memiliki kekayaan atau aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya disebut sebagi perusahaan yang solvable, sedang yang tidak disebut dengan perusahaan yang insolvable.

Rasio ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pengelolaan sember dana dari suatu perusahaan. Selain itu rasio ini juga digunakan untuk melihat sumber pendanaan perusahaan, apakah berasal dari hutang atau modal perusahaan. Rasio solvabilitas di sebut juga rasio leverage (pengungkit).

Rasio solvabilitas terdiri dari :
a. Rasio Hutang (Debt Ratio)
Debt ratio atau yang biasanya disebut denan rasio hutang ini digunakan untuk mengukur presentase besarnya danan yang berasal dari hutang. Dimana hutang yang dimaksud adalah semua hutang yang dimiliki perusahaan baik yang berjangaka pendek maupun berjangka panjang. 

Debt Ratio dihitung menggunakan rumus :
Rasio ini akan menggambarkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Dimana kondisi semakin kecil rasionya makan semakin aman (solvable). Sebagai catatan porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil atau berada dibawahnya.

b. Debt to equity ratio atau rasio hutang dengan modal sendiri
Maksud dari rasio hutang dengan modal sendiri ini adalah keseimbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri, atau semakin tinggi rasio ini menandakan bahwa modal sendiri lebih kecil dibandingkan dengan hutangnya.

Debt To Equity Ratio dihitung menggunakan rumus :
Jika kita memiliki perusahaan maka sebaiknya besaran hutang tidaklah melebihi modal sendiri. Hal ini dimaksudkan agar beban tetapnya tidak terlalu tingi, jadi dapat disimpulkan bahwa semakin kecil rasio ini semakin baik. Maksudnya adalah semakin kecil hutang terhadap modal, maka semakin aman.

c. Rasio Kemampuan Membayar Bunga (Times Interest Earned Ratio)
Pada rasio ini solvabilitas keuangan di ukur dasi sejauh mana bunga obligasi dapat di tutup oleh laba. Pada umumnya bank lebih suka meminjamkan uangnya kepada perusahaan yang labanya jauh melebihi pembayaran bunga dan pajak (Earning Before Interest and Tax/EBIT) terhadap pembayaran bunga.

Times Interest Earned Ratio dihitung menggunakan rumus :
Pembayaran bunga reguler merupakan rintangan yang harus selalu dihadapi perusahaan jika ingin terhindar dari kegagalan pembayaran. Rasio kemampuan membayar bunga (disebut juga rasio cakupan bunga / interest covered ratio) mengukur seberapa jauh kisaran antara rintangan dan pembuat rintangan.

3. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas disebut juga rasio profitabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba/keuntungan.
Rasio ini sering pula disebut sebagai Rasio Profitabilitas, yaitu mengukur performance atau efektifitas manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan oleh laba yang diperoleh dari penjualan dan investasi.
Rasio yang satu ini cukup mendapatkan perhatian yang khusus karena rasio ini berkaitan erat dengan kelangsungan hidup suatu perusahaan, dan berikut ini adalah beberapa rasio yang termasuk dalam rasio rentabilitas:

a. Margin Laba Operasi (Operation Profit Margin/OPM)
Rasio ini akan menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.
Margin Laba menginformasikan laba yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Ketika sebagian perusahaan dibiayai oleh hutang, laba dibagi antara pemegang saham (pemilik) dan pemegang hutang (debitur).
Perusahaan biasanya menerapkan pendanaan hutang dan membayarkan  sebagian labanya sebagai bunga. Oleh karena itu ketika menghitung margin laba, hutang bunga dimasukkan kembali ke laba bersih. Definisi ini dinamakan margin laba operasi. Perhitungan margin laba operasi dilakukan dengan membandingkan pendapatan sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap penjualan. 

Margin Laba Operasi dihitung menggunakan rumus :
Beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya margin laba operasi :
  1. Jumlah produk yang terjual
  2. Biaya produksi 
  3. Beban umum dan administrasi
  4. Beban pemasaran dan distribusi produk perusahaan
b. Net Profit Margin
Menurut Prastowo dan Juliati 2003:91 margin laba bersih atau Net Profit Margin, berguna untuk mengukur rupiah laba bersih yang diperoleh dari setiap satu rupian penjualan dan kemudian untuk mengukur efisein, biaya produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga, maupun pengelolaan pajak.

Semakin tinggi rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.

Namun apabila rasionya rendah, hal ini akna menunjukkan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk penjualan tertentu, maupun dua kombinasi dari kedua hal tersebut.

Net Profit Margin dihitung menggunakan rumus :
Fungsi utama dari rasio ini adalah untuk mengukur jumlah setiap laba bersih yang dihasilkan dari setiap satu rupiah penjualan. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi rasio nya maka artinya semakin baik. Mengapa demikian, ini karena perusahaan menunjukan kemampuan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.

c. Return On Investment (ROI)
Dalam bukunya Sutrisno pada 2001: 255 menjelaskan ROI merupakan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan yang akan diberdaya gunakan untuk investasi yang dikelurkan.
Penggunaan laba pada rasio ini adalah laba besih setelah pajak atau EAT (Earning After Tax).

ROI dihitung menggunakan rumus :
ROI (return on investment) mengacu pada persentase hasil atau (rate of return) dari suatu periode investasi tertentu. Ingat disini ada periode waktu tertentu.

ROI dihitung berdasarkan setiap Rupiah yang diinvestasikan (total modal). ROI dihitung berdasarkan arus kas sebenarnya. Cara menghitung ROI adalah keuntungan / modal.

Contoh
Pak Ronald investasi di sebuah perusahaan sebesar Rp 100.000.000. Setahun kemudian Pak Ronald mendapatkan keuntungan investasi sebesar Rp 10.000.000. Maka ROI investasi Pak Ronald adalah
Rp 10.000.000 / Rp 100.000.000 = 10%
Semakin tinggi rasio ini semakin baik, rasio ini mengukur jumlah rupiah laba bersih setelah pajak yang dihasilkan dari setiap rupiah investasi yang dikeluarkan.


d. ROA (Return On Assets)

Sutrisno 2001:254 menjelaskan bahwa ROA disebut juga sebagai rentabilitas ekonomi, dimana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.

ROA (return on asset) mengacu pada profitabilitas (profitability) dan efisiensi operasional (operational efficiency). ROA sering digunakan untuk membandingkan performa bisnis Anda dibandingkan competitor dan industri sejenis.
Dalam hal ini laba yang diperoleh merupakan laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT.


ROA dihitung dengan cara : Penghasilan bersih / total aset. Dimana total aset adalah gabungan antara hutang (liability) dan modal (equity).

ROA dihitung menggunakan rumus :

e. ROE (Return On Equity)
ROE (return on equity) dapat dihitung dengan rumus Dupont Formula, yang dipengaruhi tiga faktor, profitabilitas (profitability), efisiensi operasional (operational efficiency) dan utang (leverage). ROE dihitung dengan cara: Penghasilan bersih / modal (equity).

Pada kasus yang sama (Kasus Pak Ronald) ROI dan ROE bisa berbeda, dengan adanya faktor utang atau leverage. Satu hal yang harus diperhatikan adalah menggunakan utang selalu memiliki plus dan minusnya. Jadi pertimbangkan baik-baik saat menggunakan opsi utang.

ROE dihitung menggunakan rumus :
Contoh (melanjutkan contoh di atas)

Pak Ronald investasi di sebuah perusahaan sebesar Rp 100.000.000. Pak Ronald menggunakan modal sendiri (equity) sebesar Rp 50.000.000.

Sisanya Pak Ronald menggunakan utang ke perusahaan (liability) sebesar Rp 50.000.000, dengan bunga 5% per tahun.

Setahun kemudian Pak Ronald mendapatkan keuntungan investasi sebesar Rp 10.000.000. Maka ROE investasi Pak Ronald adalah :

Bayar bunga utang = 5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000

Untung setelah bayar bunga = Rp 10.000.000 – Rp 2.500.000 = Rp 7.500.000

ROE Pak Ronald adalah = Rp 7.500.000 / Rp 50.000.000 = 15%.

4. Rasio Aktivitas/Perputaran
Rasio aktivitas di sebut juga Asset Management Ratios yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menggunakan sumber daya aktivanya agar dapat memberikan aliran kas masuk untuk perusahaan.

Rasio efisiensi terdiri dari :
a. Rasio Perputaran Total Aktiva (Asset turnover ratio)
Mengenai hal ini Sutrisno dalam bukunya menjelasakan bawa rasio ini merupakan ukuran efektifitas pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjulan, dimana semakin tinggi tingkat perputaranya semakin efektif pula perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya.Rasio ini memperlihatkan tingkat keberhasilan perusahaan dalam menggunakan aktivanya.
Rumus :
Rasio yang tinggi dalam perputaran total aktiva ini biasanya menunjukan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah menyebabkan manajemen harus melakukan evaluasi megnenai strategi pemasaranya dan juga pengeluran investasi atau modalnya.
b. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory turnover ratio)
Menurut Hanafi dan Halim, 2000:80, adanya perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan berputar dalam satu tahun, hal ini menandakan adanya efektifitas manajemen persediaan. Namun sebaliknya, apabila perputaran persediaan yang ada pada perusahaan rendah, maka hal ini menunjukan kurang adanya keefektifan dalam pengelolaan persediaan pada perusahaan tersebut.
Rumus :
Perusahaan yang efisien adalah mereka yang memutar persediaan secara cepat tanpa mengeluarkan modal yang lebih besar daripada kebutuhan akan bahan baku atau barang jadi.

c. Rata-Rata Periode Penagihan (Average collection period)
Rasio ini mengukur seberapa cepat pelanggan membayar tagihan mereka. Rata-rata periode penagihan mengekspresikan piutang dalam penjualan harian.
Rumus :







0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih