Senin, 29 Juli 2019

Membuat Kuesioner



Cara Membuat Kuesioner Penelitian

Kuesioner menjadi salah satu aspek penting dalam penelitian. Kuesioner ini merupakan wujud daripada metode pengumpulan data.
Dalam melakukan suatu penelitian, teknik pengumpulan data yang lazim digunakan adalah menggunakan kuesioner, yaitu daftar berisi pertanyaan-pertanyaan penelitian yang harus dijawab oleh responden. Meski terkesan mudah, sesungguhnya membuat kuesioner yang efektif cukup rumit; selain itu, dibutuhkan waktu dan proses yang tidak sebentar untuk menyebarkan kuesioner kepada responden. Anda perlu membuat kuesioner untuk mendukung proses pengumpulan data penelitian?

Pengertian Kuesioner

Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.
Kuesioner juga dikenal sebagai angket. Kuesioner merupakan sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi atau dijawab oleh responden atau orang yang akan diukur. Hal yang didapatkan melalui kuesioner adalah kita dapat mengetahui keadaan atau data pribadi seseorang, pengalaman, pengetahuan, dan lain sebagainya yang kita peroleh dari responden.

Pengertian Kuesioner Menurut Para Ahli
Berikut merupakan pengertian kuesioner menurut para ahli.
Dewa Ktut Sukardi (1983)
Pengertian kuesioner menurut Dewa Ktut Sukardi adalah suatu bentuk teknik alam pengumpulan data yang dilakukan pada metode penelitian dengan tidak perlu/wajib memerlukan kedatangan langsung dari sumber data.
Bimo Walgito (1987),
Menurut Bimo Walgito definisi kuesioner adalah daftar pertanyaan dalam penelitian yang diharuskan untuk dijawab oleh responden atau informan.

Tujuan Kuesioner
Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah :
  • Mendapatkan data yang relevan dengan tujuan penelitian.
  • Mendapatkan data dengan reliabilitas dan validitas yang setinggi mungkin.
Fungsi Kuesioner
Berikut ini merupakan fungsi kuesioner, antara lain :
  • Guna mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar dalam rangka penyusunan catatan permanen.
  • Guna menjamin validitas informasi yang diperoleh dengan metode lain.
  • Pembuatan evaluasi progam bimbingan.
  • Guna mengambil sampling sikap atau pendapat dari responden.
Jenis-Jenis Pertanyaan Dalam Kuesioner
Dalam kuesioner, pertanyaan-pertanyaannya dibedakan menjadi berikut.
Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan-pertanyaan yang membatasi atau menutup pilihan-pilihan respons yang tersedia bagi responden. Responden hanya dapat memilih jawaban yang tertera pada kuesioner. Responden tidak dapat memberikan jawabannya secara bebas yang mungkin dikehendaki oleh responden yang bersangkutan. Umumnya jenis kuesioner ini digunakan apabila masalahnya telah jelas.

Pertanyaan Terbuka (Open Question)
Pertanyaan terbuka adalah jenis pertanyaan yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada responden untuk memberikan jawaban atau tanggapannya. Orang yang ingin mendapatkan opini biasanya menggunakan kuesioner jenis ini.

Pertanyaan Terbuka dan Tertutup (Open and Closed Question)
Pertanyaan terbuka dan tertutup adalah percampuran antara pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.

Petunjuk yang dapat digunakan untuk memilih bahasa dalam kuesioner adalah sebagai berikut.
  1. Gunakan bahasa responden kapanpun bila mungkin.
  2. Usahakan kata-kata yang digunakan tetap sederhana.
  3. Bekerja dengan lebih spesifik lebih baik daripada ketidakjelasan dalam pilihan kata-kata.
  4. Hindari menggunakan pertanyaan-pertanyaan spesifik.
  5. Pertanyaan yang digunakan harus singkat.
  6. Jangan memihak responden dengan berbicara kepada mereka dengan pilihan bahasa tingkat bawah.
  7. Hindari bias dalam pilihan kata-katanya. Selain itu, hindari juga bias dalam pertanyaan-pertanyaan yang menyulitkan.
  8. Berikan pertanyaan kepada responden yang tepat, artinya orang-orang yang mampu merespon. Jangan berasumsi mereka tahu banyak.
  9. Sebelum menggunakannya, pastikan terlebih dahulu bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut secara teknis cukup akurat.
  10. Gunakan perangkat lunak untuk memeriksa apakah level bacaannya sudah tepat bagi responden.
Kelebihan Metode Kuesioner
Berikut ini merupakan beberapa kelebihan metode kuesioner.
  1. Tidak membutuhkan kehadiran peneliti.
  2. Mampu dibagikan secara bersama-sama kepada seluruh responden.
  3. Waktunya fleksibel, tergantung waktu senggang responden.
  4. Dapat dibuat anonim atau tanpa nama sehingga responden tidak malu dalam menjawab pertanyaan yang diajukan.
  5. Pertanyaan dapat distandarkan.
Kekurangan Metode Kuesioner
Berikut ini merupakan kekurangan metode kuesiner.
  1. Responden sering tidak teliti, terkadang ada pertanyaan yang terlewatkan.
  2. Responden sering tidak jujur meskipun anonim.
  3. Kuesioner sering tidak kembali apabila dikirim lewat pos atau jasa pengiriman Iainnya.
  4. Responden dengan tingkat pendidikan tertentu kemungkinan kesulitan mengisi kuesioner.
Skala dalam kuesioner
Pengertian penskalaan adalah proses menetapkan nomor-nomor atau simbol-simbol terhadap suatu atribut atau karakteristik yang bertujuan untuk mengukur atribut atau karakteristik tersebut.

Berikut merupakan alasan penganalisis sistem mendesain skala.

Guna mengukur sikap atau karakteristik orang-orang yang menjawab kuesioner.
Supaya responden memilih subjek kuesioner.
Bentuk skala pengukuran dibedakan menjadi 4 macam, yakni :

1. Nominal
Skala nominal merupakan bentuk pengukuran yang paling lemah. Skala nominal berfungsi untuk mengklasifikasikan sesuatu. Pada umumnya semua analis dapat menggunakan skala jenis ini guna mendapatkan jumlah total untuk setiap klasifikasi.
Contoh skala Nominal adalah :
Apa pendidikan terakhir saudara ?
1 = SD 2 = SMP 3 = SMA/SMK 4 = Perguruan Tinggi

2. Ordinal
Skala ordinal hampir sama dengan skala nominal, yakni sama-sama memungkinkan dilakukannya klasifikasi. Perbedaan antara skala ordinal dan skala nominal adalah jika skala ordinal menggunakan susunan posisi. Skala jenis ini sangat berguna karena satu kelas lebih besar atau kurang dari kelas lainnya.
Skala ordinal ini memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada skala nominal, karena skala ini tidak hanya menunjukkan kategori saja tetapi juga menunjukkan peringkat.
Contoh skala Ordinal adalah :
misal dalam variabel nilai huruf mutu pada perkuliahan, yaitu nilai A, B, C, D, dan E. Pada nilai ini menunjukkan tingkatan bahwa nilai A lebih besar dari B, dan seterusnya.

3. Interval
Skala interval mempunyai karakteristik, yakni interval di antara masing-masing nomor adalah sama. Berkaitan dengan karakteristik ini, operasi matematisnya bisa ditampilkan dalam data-data kuesioner, sehingga bisa dilakukan analisis yang lebih lengkap.
Contoh skala Interval adalah :
contoh yang paling umum pada skala interval adalah suhu. Misalkan suatu ruangan memiliki suhu 0 Celcius, ini bukan berarti bahwa ruangan tersebut tidak ada suhunya.

4. Rasio
Skala rasio merupakan jenis skala yang paling jarang digunakan. Skala rasio hampir sama dengan skala interval dalam arti interval-interval di antara nomor diasumsikan sama. Skala rasio mempunyai nilai absolut nol.
Contoh skala Rasio adalah :
misal tinggi badan Agung adalah 190 cm sedangkan tinggi badan Vatinson adalah 95 cm. Pada situasi ini dapat dikatakan bahwa jarak tinggi badan Vatinson dengan Agung adalah 95 cm. Bisa juga dikatakan bahwa tinggi badan Agung 2 kali tinggi badan Vatinson.

Tahapan dalam pembuatan sebuah kuesioner penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mendesain Kuesioner

1. Tentukan tujuan kuesioner. Data atau informasi apakah yang ingin Anda kumpulkan dari kuesioner tersebut? Apa tujuan utama penelitian Anda? Apakah kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang efektif untuk jenis penelitian Anda?
Tentukan pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian adalah satu atau beberapa pertanyaan yang merupakan fokus utama dalam kuesioner Anda.
Kembangkan satu atau beberapa hipotesis yang ingin Anda uji. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner Anda harus diarahkan sedemikian rupa untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut.

2. Pilih tipe pertanyaan. Ada beberapa tipe pertanyaan yang lazim digunakan dalam kuesioner penelitian; setiap tipe memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, serta sangat bergantung pada data atau informasi yang ingin Anda kumpulkan. Beberapa tipe pertanyaan yang lazim digunakan dalam kuesioner:
  • Pertanyaan dikotomis: pertanyaan dikotomis hanya mampu dijawab dengan “ya” atau “tidak”; terkadang, ada pula kuesioner yang menyediakan jawaban “setuju” atau “tidak setuju”. Tipe pertanyaan ini paling mudah untuk dianalisis, namun tidak bisa dijadikan alat ukur yang akurat dan mendetail.
  • Pertanyaan terbuka: pertanyaan terbuka mengizinkan responden untuk menguraikan jawaban. Secara umum, tipe pertanyaan ini berguna untuk memahami sudut pandang responden, namun sangat sulit untuk dianalisis. Tipe pertanyaan ini sebaiknya digunakan untuk menjawab pertanyaan “mengapa”.
  • Pertanyaan berupa pilihan berganda: tipe pertanyaan ini dilengkapi dengan tiga pilihan jawaban atau lebih yang saling bertentangan; responden kemudian diminta untuk memilih satu atau beberapa jawaban yang menurutnya paling sesuai. Pertanyaan berupa pilihan berganda dapat dianalisis dengan mudah, namun kemungkinan tidak melibatkan jawaban yang paling diinginkan responden.
  • Pertanyaan berupa skala ordinal/skala peringkat: Tipe pertanyaan ini meminta responden untuk mengurutkan pilihan jawaban yang disediakan. Misanya, responden mungkin diminta untuk mengurutkan lima buah pilihan jawaban dimulai dari yang kurang penting sampai paling penting. Tipe pertanyaan ini secara tidak langsung memaksa responden untuk mendiskriminasi pilihan-pilihan yang ada, namun tidak mampu menjelaskan alasan di balik pilihan responden.
  • Pertanyaan berupa skala bertingkat: tipe pertanyaan ini memungkinkan responden untuk menilai suatu isu berdasarkan skala ukur yang tersedia. Anda bisa menyediakan skala ukur berupa angka 1-5; angka 1 mewakili jawaban “sangat tidak setuju”, sementara angka 5 mewakili jawaban “sangat setuju”. Tipe pertanyaan ini sangat fleksibel, namun tidak mampu menjawab pertanyaan “mengapa”.
3. Kembangkan pertanyaan kuesioner Anda. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner harus jelas, ringkas, dan lugas. Pertanyaan yang tidak bertele-tele memungkinkan Anda untuk mendapatkan jawaban yang lebih akurat dari responden.
  • Tulis pertanyaan yang ringkas dan sederhana. Hindari membuat pertanyaan yang terlalu rumit atau sarat istilah teknis; dikhawatirkan, pertanyaan tersebut akan membingungkan responden dan mencegah mereka memberikan respons yang akurat.
  • Ajukan satu pertanyaan dalam satu kalimat tanya. Ini akan membantu menghindarkan responden dari kebingungan atau kesalahpahaman.
  • Waspadai pertanyaan yang bersifat personal atau sensitif seperti pertanyaan mengenai usia, berat badan, atau riwayat hubungan seksual responden.
  • Jika terpaksa harus menanyakan pertanyaan yang sensitif, setidaknya demografi data yang Anda kumpulkan harus dibuat anonim atau dienkripsi.
  • Tentukan apakah Anda akan menerima jawaban seperti “Aku tidak tahu” atau “Pertanyaan ini tidak cocok/tidak berlaku untukku”. Meski memberikan kesempatan kepada responden untuk tidak menjawab pertanyaan yang tidak ingin mereka jawab, pilihan semacam ini nantinya dapat mengacaukan proses analisis data Anda.
  • Letakkan pertanyaan yang paling penting di awal kuesioner. Seiring berjalannya waktu, perhatian dan fokus responden dapat dengan mudah teralihkan. Agar Anda tetap memperoleh data yang penting dan dibutuhkan, gunakan metode ini.
4. Batasi panjang kuesioner. Buat kuesioner Anda sesingkat dan selugas mungkin, terutama karena orang-orang cenderung lebih nyaman mengisi kuesioner yang singkat. Meski demikian, pastikan kuesioner Anda tetap komprehensif dan membantu Anda mendapatkan berbagai informasi penting yang diperlukan. Jika mampu membuat kuesioner yang hanya terdiri dari 5 pertanyaan, mengapa tidak?
  • Ajukan pertanyaan yang benar-benar relevan dengan pertanyaan penelitian Anda. Ingat, kuesioner tidak ditujukan untuk mengumpulkan informasi mengenai responden!
  • Hindari pertanyaan yang kurang jelas atau bertele-tele; pastikan Anda tidak membingungkan responden!
5. Identifikasi demografi target responden. Apakah ada kelompok tertentu yang menjadi target responden Anda? Agar penelitian lebih terarah, ada baiknya Anda terlebih dahulu menentukan demografi target responden sebelum menyebarkan kuesioner.
  • Pertimbangkan jenis kelamin target responden Anda. Apakah kuesioner tersebut diperuntukkan bagi pria dan wanita? Atau penelitian Anda memang hanya membutuhkan responden pria?
  • Tentukan usia target responden Anda. Apakah Anda hanya membutuhkan informasi dari orang dewasa? Atau juga dari remaja dan anak-anak? Sebagian besar kuesioner menargetkan responden dengan rentang usia tertentu yang dianggap lebih relevan dengan topik penelitiannya.
  • Pertimbangkan untuk memasukkan rentang usia dalam demografi target responden Anda. Misalnya, orang-orang yang berusia 18-29 tahun dikelompokkan dalam kategori dewasa muda; sementara itu, orang-orang yang berusia 30-54 tahun dikelompokkan ke dalam kategori dewasa; dan orang-orang yang berusia di atas 55 tahun dikelompokkan ke dalam kategori manula. Niscaya, Anda akan mendapatkan lebih banyak responden jika tidak menentukan satu target usia yang spesifik.
  • Pikirkan kriteria apa lagi yang bisa Anda masukkan dalam demografi target responden. Apakah responden Anda harus bisa mengendarai mobil? Apakah mereka harus memiliki asuransi kesehatan? Apakah mereka harus memiliki anak yang berusia di bawah 3 tahun? Pastikan Anda menentukan kriteria sejelas-jelasnya sebelum menyebarkan kuesioner.
6. Pastikan Anda mampu melindungi kerahasiaan responden. Tentukan rencana perlindungan data responden bahkan sebelum Anda membuat kuesioner; ini merupakan salah satu tahap terpenting yang tidak boleh Anda lewatkan.

  • Pertimbangkan untuk membuat kuesioner anonim; dengan kata lain, tidak perlu meminta responden menuliskan nama mereka di dalam kuesioner. Ini adalah langkah sederhana untuk melindungi kerahasiaan mereka, meski terkadang identitas mereka tetap akan terlihat dari informasi lainnya (seperti usia, fitur jasmaniah, atau kode pos).
  • Pertimbangkan untuk memberikan identitas baru bagi setiap responden Anda. Berikan identitas berupa deretan nomor unik untuk setiap lembar kuesioner yang sudah diisi oleh responden), dan rujuk responden Anda hanya dengan identitas baru tersebut. Hapus atau sobek berbagai identitas personal yang dituliskan responden.
  • Ingat, tidak dibutuhkan terlalu banyak informasi untuk mengidentifikasi identitas seseorang. Kemungkinan besar, orang-orang enggan menjadi responden penelitian karena alasan tersebut; jika memungkinkan, pastikan Anda tidak menanyakan terlalu banyak informasi personal agar mampu meraih lebih banyak responden.
  • Pastikan Anda menghapus seluruh data (terutama informasi responden) setelah penelitian Anda selesai.

2. Teknik Pembuatan Kuesioner

Tujuan pokok pembuatan kuisioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin. Mengingat terbatasnya masalah yang dapat ditanyakan dalam kuisioner, maka senantiasa perlu diingat agar pertanyaan-pertanyaan memang langsung berkaitan dengan hipotesis dan tujuan penelitian.

Jika variabel penelitian sudah jelas, maka pertanyaan pun menjadi jelas (baca juga : Indeks dan Skala). Ini tentunya berkaitan dengan kemampuan teknis pembuatan kuisioner, walaupun titik tolaknya adalah variabel penelitian yang jelas dan relevan. Sebaliknya, jika variabel penelitian masih kabur dalam pikiran peneliti, pertanyaan-pertanyaan juga akan kabur dan mungkin sekali dimasukan banyak pertanyaan yang tidak relevan. Kekaburan dan kekacauan tersebut akan menimbulkan masalah yang berlarut-larut pada analisa data dan penulisan hasil penelitian.

Beberapa cara pemakaian kuisioner
  1. Kuesioner digunakan dalam wawancara tatap muka dengan responden
  2. Kuisioner diisi sendiri oleh kelompok. Misal, seluruh murid dalam satu kelas dijadikan responden dan mengisi kuisioner secara serentak
  3. Wawancara melalui telpon. Cara ini sering dilakukan dilazim Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya, tetapi tidak lazim di negara-negara berkembang. Prosedur ini lebih murah daripada wawancara tatap muka dan adakalanya orang tidak bersedia didatangi tapi bersedia diwawancarai melalui telpon
  4. Kuisioner diposkan, dilampirkan amplop dan dibubuhi perangko, untuk dikembalikan oleh responden setelah diisi. Cara ini dapat dilakukan untuk kuisioner yang pendek dan mudah dijawab, tetapi mungkin cukup besar proporsi yang tidak dikembalikan oleh responden.
Jenis Pertanyaan
1. Pertanyaan tertutup. Kemungkinan jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan untuk memberikan jawaban lain.
  • Misal : “Apakah saudara pernah mendengar tentang Produk Kreatif ?”
  • Opsi jawaban : 1. Pernah            2. Tidak pernah
2. Pertanyaan terbuka. Kemungkinan jawaban tidak ditentukan terlebih dahulu dan responden bebas memberikan jawaban.
  • Misal : “Menurut pendapat kamu, apa yang paling menarik sekolah di SMK ?”
3. Kombinasi tertutup dan terbuka. Jawabanya sudah ditentukan tetapi kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.
  • Misal : “Apakah kamu menyukai Praktek Kerja Industri (Prakerin) ?”
  • Opsi jawaban : 1. Suka        2. Tidak Suka        (Jika suka) Apa yang menarik saat Prakerin ?
4. Pertanyaan semi terbuka. Pada pertanyaan semi terbuka, jawabanya sudah tersusun tetapi masih ada kemungkinan jawaban tambahan.
  • Misal : “Apa yang akan kamu lakukan setelah lulus sekolah SMK ?”
  • Opsi jawaban : Melamar Kerja    (1) Wirausaha  (2) Kuliah    (3)  Lainnya . . . (sebutkan)
Petunjuk membuat pertanyaan
1. Gunakan kata-kata yang sederhana dan dimengerti oleh semua responden. Hindarkan istilah yang hebat tetapi kurang atau tidak dimengerti responden.
  • Misal : “Bagaimana status perkawinan Bapak?” lebih baik “Apakah bapak sudah beristri?”
2. Usahakan supaya pertanyaan jelas dan khusus.
  • Misal : “Berapa orang berdiam di sini?”
  • Apakah yang dimaksud “di sini” adalah bangunan, rumah atau yang lain? Arti kata “di sini” harus dijelaskan dan konsisten.
3. Hindarkan pertanyaan yang mempunyai lebih dari satu pengertian
  • Misal : “Apakah saudara mau mencari pekerjaan di kota?” Lebih baik “Apakah saudara mencari pekerjaan? Kalau jawaban “Ya”, kemudian ditanyakan “Di mana saudara ingin bekerja?”
4. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti
  • Misal : “Pada waktu senggang, apakah saudara mendengarkan radio atau melakukan yang lain?” Lebih baik “Apakah yang saudara lakukan pada waktu senggang?”
5. Pertanyaan harus berlaku untuk semua respoden
  • Misal : “Apakah pekerjaan saudara sekarang?” Ternyata dia menganggur. Seharusnya ditanyakan terlebih dahulu “Apakah saudara bekerja?” Kalau jawabannya “Ya” lalu ditanyakan “Pekerjaan saudara?”
Susunan pertanyaan
Pertanyaan dikelompokan sesuai dengan tujuan penelitian, dimulai dengan identitas yang berisi :
(1) nama responden
(2) tempat tinggal
(3) nama pewawancara
(4) tanggal wawancara.
Lalu disusul dengan pertanyaan tentang ciri-ciri demografi : jenis kelamin, usia, pendidikan, status, dll.
Dalam pola penyusunan kuisioner penelitian diserahkan kepada peneliti bagaimana pengelompokan pertanyaan itu dilakukan, sejauh mana peneliti ingin mengeksplorasi suatu informasi spesifik dari responden. Yang perlu diperhatikan ialah urutan yang cukup runut dan juga dimana ditempatkan pertanyaan yang sensitif. Pertanyaan sensitif tidak ditempatkan dibagian muka karena dapat segera mempengaruhi suasana wawancara. Biasanya pertanyaan semacam ini ditempatkan dibelakang, tetapi bukan pada penutup supaya wawancara tidak diakhiri dengan perasaan kurang baik.

Bentuk fisik kuesioner
Kuesioner sebaiknya rapi, jelas dan mudah digunakan. Menyusun kuisioner yang baik memerlukan lebih banyak waktu tetapi secara keseluruhan akan menghemat waktu. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
  1. Ukuran kertas dan jenis kertas
  2. Diisi bolak balik atau tidak
  3. Pembagian ruangan tidak bersempit-sempit. Sisi kiri dan kanan cukup longgar
  4. Nomor urut pertanyaan. Nomor urut dari mula sampai akhir atau tiap kelompok mempunyai nomor sendiri. Berdasarkan pengalaman, kami menyarankan sistem nomor urut dari mula sampai akhir
  5. Penggunaan huruf besar, huruf kecil dan huruf miring
  6. Tanda panah atau kotak pertanyaan
  7. Kotak kolom (Pembuatan kotak kolom akan menghemat waktu dan tenaga pada tahap berikutnya)
  8. Untuk menghindarkan salah ambil, kuisioner dibuat berlainan warna untuk respoden pria atau wanita. Umpamanya, satu halaman muka dibuat berwarna biru untuk pria dan merah jambu untuk kuisioner wanita.

Pretest atau Survey Pendahuluan
Pretest dilakukan untuk menyempurnakan kuisioner. Melalui pretest akan diketahui berbagai hal :
  1. Apakah pertanyaan tertentu perlu dihilangkan. Pertanyaan tertentu mungkin tidak relevan untuk masyarakat yang diteliti, karena itu perlu dihilangkan.
  2. Apakah pertanyaan tertentu perlu ditambahkan. Adakalanya terlupa memasukan pertanyaan yang perlu dimasukan.
  3. Apakah tiap pertanyaan dapat dimengerti dengan baik oleh responden dan apakah pewawancara dapat menyampaikan pertanyaan tersebut dengan mudah.
  4. Apakah urutan pertanyaan perlu diubah.
  5. Apakah pertanyaan yang sensitif dapat diperlunak dengan mengubah bahasa.
  6. Berapa lama wawancara memakan waktu.
Berapakah jumlah responden untuk pretest? Untuk penentuan jumlah tidak ada patokan pasti dan tergantung pada homogenitas responden. Untuk pretest biasanya sebanyak 30 s.d 50 orang sudah mencukupi dan dipilih responden yang keadaannya kurang lebih sama dengan responden yang sesungguhnya diteliti. Pretest dilaksanakan di luar daerah penelitian.

Pedoman pengisian kuisioner
Pedoman pengisian kuisioner merupakan pegangan bagi pewawancara. Dalam pedoman pengisian kuesioner, tiap pertanyaan yang diajukan diberi keterangan yang jelas dan terinci. Juga dicantumkan jawaban yang diharapkan, terutama pada pertanyaan tertutup dan pertanyaan semi terbuka.

Penggunaan bahasa
Kuesioner di Indonesia hampir seluruhnya menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini perlu ditinjau karena kebanyakan responden, terutama di pedesaan, tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan pewawancara tidak dapat diharapkan menerjemahkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan memang terjawab, tetapi sampai dimanakah reliabilitas dan validitas dari respon tersebut? Distorsi-distorsi dalam pengertian mudah terjadi, begitu pula dapat timbul perasaan yang kurang enak bagi responden karena pemilihan kata yang kurang tepat. Wawancara juga dapat tersendat-sendat karena pewawancara kurang lancar menerjemahkan di hadapan responden. Apabila karena alasan waktu dan kuisioner tidak mungkin diterjemahkan, maka coaching bahasa setidaknya dapat dilakukan dan pewawancara mempunyai satu eksemplar kuisioner dalam bahasa daerah dan pedoman wawancara yang sudah dibuat dapat dijadikan acuan juga bagi pewawancara dalam memandu selama proses wawancara berlangsung.

Teknik penyusunan kuesioner merupakan bagian yang sangat vital dalam model penelitian survey. Seperti telah kita ketahui bersama dalam artikel yang sudah dibahas terkait dengan “Indeks dan Skala”, secara riil tercermin dalam bentuk kuesioner penelitian yang disusun. Semakin baik konsep yang dimiliki tentang masalah penelitian (Teori dasar penelitian dan operasional variabel penelitian) seharusnya akan mempermudah peneliti dalam penyusunan kuesioner yang baik bagi penelitian dan bagi responden, sehingga data dan informasi yang terkumpul memuaskan dalam menggambarkan dan membuktikan phenomena yang sedang diteliti oleh peneliti. SELAMAT MENELITI!!!













1 komentar:

Terima kasih