Imam Syafi’i Rahimahullah

Barangsiapa tidak mau merasakan pahitnya belajar, Ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.

Aristoteles, Filsuf

Akar dari pendidikan memang pahit, tapi buahnya manis.

Nelson Mandela

Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa digunakan untuk mengubah dunia.

Shakuntala Devi, Penulis

Pendidikan bukan cuma pergi ke sekolah dan mendapatkan gelar. Tapi juga soal memperluas pengetahuan dan menyerap ilmu kehidupan.

Malcolm X, Aktivis Muslim AS

Pendidikan adalah paspor untuk masa depan, untuk hari esok yang dimiliki oleh mereka yang mempersiapkannya hari ini.

Minggu, 04 Agustus 2019

Keberhasilan Usaha



Keberhasilan Usaha

Pengertian keberhasilan usaha adalah suatu keadaan dimana usaha mengalami peningkatan dari hasil yang sebelumnya. Keberhasilan usaha merupakan tujuan utama dari sebuah perusahaan, dimana segala aktivitas yang ada di dalamnya ditujukan untuk mencapai suatu keberhasilan.
Dalam pengertian umum, keberhasilan usaha menunjukkan suatu keadaan yang lebih baik/unggul dari pada masa sebelumnya. Hal tersebut selaras dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Moch. Kohar Mudzakar (1998) yang menyatakan bahwa: Keberhasilan usaha adalah sesuatu keadaan yang menggambarkan lebih daripada lainnya yang sederajat atau sekelasnya.


Definisi Keberhasilan Usaha
Menurut Suyanto (2010:179) 
Keberhasilan usaha industri kecil di pengaruhi oleh berbagai faktor. Kinerja usaha perusahaan merupakan salah satu tujuan dari setiap pengusaha. Kinerja usaha industri kecil dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan dalam pencapaian maksud atau tujuan yang diharapkan. Sebagai ukuran keberhasilan usaha suatu perusahaan dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti: kinerja keuangan dan image perusahaan.
Menurut Erliah (2007:49)
 “Suatu usaha dikatakan berhasil di dalam usahanya apabila setelah jangka waktu tertentu usaha tersebut mengalami peningkatan baik dalam permodalan, skala usaha, hasil atau laba, jenis usaha atau pengelolaan” .
Selain dari laba, keberhasilan  usaha dapat dilihat dari target yang dibuat oleh pengusaha. Hal ini seperti yang terungkap oleh Dalimunthe dalam Edi Noersasongko (2005:27) yang menyatakan bahwa kita dapat menganalisis keberhasilan usaha dengan mengetahui kinerja suatu perusahaan yang dapat dirumuskan melalui suatu perbandingan nilai yang dihasilkan perusahaan dengan nilai yang diharapkan dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki.
Kinerja perusahaan adalah output dari berbagai faktor di atas yang oleh karenanya ukuran ini menjadi sangat penting untuk mengetahui tingkat adaptabilitas bisnis dengan lingkungannya. Kinerja usaha perlu dihubungkan dengan target perusahaan yang ditentukan oleh manajer-pemilik usaha. Apapun targetnya, kinerja usaha merupakan tolok ukur untuk menilai seberapa besar tingkat pencapaian suatu target atau tujuan usaha.
Menurut Ina Primiana (2009:49) 
“Keberhasilan usaha adalah permodalan sudah terpenuhi, penyaluran yang produktif dan tercapainya tujuan organisasi”.
Algifari (2003:118) 
“Keberhasilan usaha dapat dilihat dari efisiensi proses produksi yang dikelompokkan berdasarkan efisiensi secara teknis dan efisiensi secara ekonomis”
Moch. Kohar Mudzakar dalam Ressa Andari (2011:21)
“Keberhasilan usaha adalah sesuatu keadaan yang menggambarkan lebih daripada yang lainnya yang sederajat/sekelasnya.”
Henry Faizal Noor (2007:397) 
“Keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuannya, suatu bisnis dikatakan berhasil bila mendapat laba, karena laba adalah tujuan dari seseorang melakukan bisnis”.
Dwi Riyanti (2003:24)
“Keberhasilan usaha didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan organisasi”.
Menurut Albert Wijaya dalam Suryana (2011:168)
“Faktor yang merupakan tujuan yang kritis dan menjadi ukuran dari keberhasilan suatu perusahaan adalah adalah laba”.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Usaha

Faktor-faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Usaha dapat digambarkan seperti pada gambar berikut ini :

Sumber : Tulus Tambunan (2002:14)

Dari skema di atas terlihat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha bersumber dari dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang  yaitu; kualitas sdm, penguasaan organisasi, struktur organisasi, sistem manajemen, partisipasi, kultur/budaya bisnis, kekuatan modal, jaringan bisnis dengan pihak luar, tingkat entrepreneurship.
Faktor eksternal  dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor pemerintah dan non pemerintah. Faktor pemerintah diantarannya; kebijakan ekonomi, birokrat, politik, dan tingkat demokrasi. Faktor non pemerintah yaitu; sistem perekonomian, sosio- kultur budaya masyarakat, sistem perburuhan dan kondisi perburuhan, kondisi infrastruktur, tingkat pendidikan masyarakat, dan  lingkungan global.

Menurut Luk dalam  Suyatno (2010:179) berkaitan dengan faktor penentu keberhasilan usaha industri kecil ini, hasil penelitiannya menemukan bahwa keberhasilan  usaha kecil ditandai oleh inovasi, perilaku mau mengambil resiko. Begitu juga hasil penelitian Murphy dalam sumber yang sama menemukan bahwa keberhasilan usaha kecil disumbangkan oleh kerja keras, dedikasi, dan komitmen terhadap pelayanan dan kualitas. Berbagai faktor penentu keberhasilan usaha industri kecil hasil identifikasi penelitian Luk tersebut pada dasarnya adalah cerminan dari kemampuan usaha (pengetahuan, sikap dan keterampilan), pengalaman yang relevan, motivasi kerja dan tingkat pendidikan seseorang pengusaha.


INDIKATOR KEBERHASILAN USAHA
Terdapat beberapa indikator keberhasilan usaha. para ahli sudah mengidentifikasi Indikator keberhasilan usaha, dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan usaha industri kecil maupun industri skala besar.
Finansial (Profitabilitas) sering dianggap sebagai aspek utama dalam pengukuran kinerja perusahaan/organisasi namun belum memadai untuk menjelaskan efektivitas perusahaan secara umum. Sehingga perlu ada kelengkapan kinerja dari aspek lain.

Suranti (2006:46), berpendapat bahwa indicator keberhasilan usaha dapan dinilai melalui 3 pendekatan yaitu :
  1. Pendekatan pencapaian tujuan menyebutkan bahwa keberhasilan usaha harus dinilai sehubungan dengan pencapaian tujuan yaitu mendapatkan laba atau keuntungan yang merupakan selisih antara harga jual dengan biaya produksi.
  2. Pendekatan sistem mengatakan bahwa keberhasilan usaha dinilai cara yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan akhir yaitu bagaimana hubungan antar individu dalam unit usaha dapat bekerjasama dan koordinasi sehingga tercipta kondisi kerja yang kondusif. 
  3. Pendekatan konstituensi strategis menyatakan bahwa keberhasilan usaha dinilai dari hubungan baik dengan mitra kerja yang menjadi pendukung kelanjutan unit usaha. Kotler (1997:58) menyebut bahwa yang termasuk mitra usaha/ pihak yang berkepentingan antara lain pelanggan, karyawan, dan pemasok.
Samir (2005:33) mengemukakan bahwa indikator dalam mengukur keberhasilan usaha atau kinerja organisasi, yaitu sebagai berikut :
  1. Produktivitas, yang diukur melalui perubahan output kepada perubahan di semua faktor input (modal dan tenaga kerja).
  2. Perubahan di tingkat kepegawaian (output, teknologi, cadangan modal, mekanisme penyesuaian, dan pengaruh terhadap perubahan status).
  3. Rasio finansial (mengurangi biaya pegawai dan meningkatkan nilai tambah pegawai).

Henry Faizal Noor (2007:397) indikator keberhasilan usaha adalah sebagai berikut :
  1. (Laba/Profitability). Laba  merupakan  tujuan utama dari bisnis. Laba usaha adalah selisih antara pendapatan dengan biaya.
  2. Produktivitas dan Efisiensi. Besar kecilnya produktivitas suatu usaha akan menentukan besar kecilnya produksi. Hal ini akan mempengaruhi besar kecilnya penjualan dan pada akhirnya menentukan besar kecilnya pendapatan, sehingga mempengaruhi besar kecilnya laba yang diperoleh.
  3. Daya Saing. Daya saing adalah kemampuan atau ketangguhan dalam bersaing untuk merebut perhatian dan loyalitas konsumen. Suatu bisnis dapat dikatakan berhasil, bila dapat mengalahkan pesaing atau paling tidak masih bisa bertahan menghadapi pesaing.
  4. Kompetensi dan Etika Usaha. Kompetensi merupakan akumulasi dari pengetahuan, hasil penelitian, dan pengalaman secara kuantitatif maupun kualitatif dalam  bidangnya sehingga dapat menghasilkan  inovasi sesuai dengan tuntutan zaman.
  5. Terbangunnya citra baik. Citra baik perusahaan terbagi menjadi dua yaitu, trust internal dan trust external. Trust internal adalah amanah atau trust dari segenap orang yang ada dalam perusahaan. Sedangkan trust external adalah timbulnya rasa amanah atau percaya dari segenap stakeholder perusahaan, baik itu konsumen, pemasok, pemerintah, maupun masyarakat luas, bahkan juga pesaing.

Indikator keberhasilan usaha menurut Dwi Riyanti (2003:28), kriteria yang cukup signifikan untuk menentukan keberhasilan suatu usaha dapat dilihat dari :
1.      Peningkatan dalam akumulasi modal atau peningkatan modal
2.      Jumlah produksi
3.      Jumlah pelanggan
4.      Perluasan usaha
5.      Perluasan daerah pemsaran
6.      Perbaikan sarana fisik dan
7.      Pendapatan usaha

Adapun indikator keberhasilan usaha menurut Suryana (2003: 85) keberhasilan usaha terdiri dari :
1.      Modal
2.      Pendapatan
3.      Volume Penjualan
4.      Output produksi
5.      Tenaga Kerja


Mengukur Kinerja Produksi
Menurut Junaedi ( 2002 : 380-381) “Pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun proses”. Artinya, setiap kegiatan perusahaan harus dapat diukur dan dinyatakan keterkaitannya dengan pencapaian arah perusahaan di masa yang akan datang yang dinyatakan dalam misi dan visi perusahaan.
Namun, sering terjadi pengukuran dilakukan secara tidak tepat. Ketidaktepatan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang menyebabkan ketidaktepatan pengukuran kinerja diantaranya adalah ketidakjelasan makna kinerja yang diimplementasikan, ketidapahaman pegawai mengenai kinerja yang diharapkan, ketidakakuratan instrumen
Pengukuran kinerja adalah proses di mana organisasi menetapkan parameter hasil untuk dicapai oleh program, investasi, dan akusisi yang dilakukan. Proses pengukuran kinerja seringkali membutuhkan penggunaan bukti statistik untuk menentukan tingkat kemajuan suatu organisasi dalam meraih tujuannya. Tujuan mendasar di balik dilakukannya pengukuran adalah untuk meningkatkan kinerja secara umum.
Pengukuran Kinerja juga merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan yang berupa indikator-indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak.. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi.

Pengukuran kinerja dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pengukuran. Tahap persiapan atas penentuan bagian yang akan diukur, penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja, dan pengukuran kinerja yang sesungguhnya. Sedangkan tahap pengukuran terdiri atas pembanding kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya dan kinerja yang diinginkan (Mulyadi, 2001: 251).

Terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif yaitu :
1. Ukuran Kriteria Tunggal (Single Criterium).
Yaitu ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajernya. Jika kriteria tunggal digunakan untuk mengukur kinerjanya, orang akan cenderung memusatkan usahanya kepada kriteria tersebut sebagai akibat diabaikannya kriteria yang lain yang kemungkinan sama pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya perusahaan atau bagiannya.
Sebagai contoh manajer produksi diukur kinerjanya dari tercapainya target kuantitas produk yang dihasilkan dalam jangka waktu tertentu kemungkinan akan mengabaikan pertimbangan penting lainnya mengenai mutu, biaya, pemeliharaan equipment dan sumber daya manusia.
2. Ukuran Kriteria Beragam (Multiple Criterium)
Yaitu ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran dalam menilai kinerja manajernya. Kriteria ini merupakan cara untuk mengatasi kelemahan kriteria tunggal dalam pengukuran kinerja. Berbagai aspek kinerja manajer dicari ukuran kriterianya sehingga seorang manajer diukur kinerjanya dengan berbagai kriteria. Tujuan penggunaan kriteria ini adalah agar manajer yang diukur kinerjanya mengerahkan usahanya kepada berbagai kinerja.
Contohnya manajer divisi suatu perusahaan diukur kinerjanya dengan berbagai kriteria antara lain profitabilitas, pangsa pasar, produktifitas, pengembangan karyawan, tanggung jawab masyarakat, keseimbangan antara sasaran jangka pendek dan sasaran jangka panjang.  Karena dalam ukuran kriteria beragan tidak ditentukan bobot tiap-tiap kinerja untuk menentukan kinerja keseluruhan manajer yang diukur kinerjanya, maka manajer akan cenderung mengarahkan usahanya, perhatian, dan sumber daya perusahaannya kepada kegiatan yang menurut persepsinya menjanjikan perbaikan yang terbesar kinerjanya secara keseluruhan. Tanpa ada penentuan bobot resmi tiap aspek kinerja yang dinilai didalam menilai kinerja menyeluruh manajer, akan mendorong manajer yang diukur kinerjanya menggunakan pertimbangan dan persepsinya masing-masing didalam memberikan bobot terhadap beragan kriteria yang digunakan untuk menilai kinerjanya.
3. Ukuran Kriteria Gabungan (Composite Criterium)
Yaitu ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dan menghitung rata-ratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja manajernya. Karena disadari bahwa beberapa tujuan lebih panting bagi perusahaan secara keseluruhan dibandingkan dengan tujuan yang lain, beberapa perusahaan memberikan bobot angka tertentu kepada beragan kriteria kinerja untuk mendapatkan ukuran tunggal kinerja manajer, setelah memperhitungkan bobot beragam kriteria kinerja masing-masing.

Agar setiap aktifitas terukur kinerjanya, maka tentu kita perlu ukuran, termasuk juga pekerjaan kita-kita yang ada di medan juang manufaktur atau bagian produksi. Adalah disebut Overall Equipment Effectiveness (OEE) yang bisa diandalkan menjadi indikator kinerja produksi. Biasanya, OEE ini menjadi key performance indicator (KPI) atas implementasi lean manufacturing.

Contoh menghitung kinerja produksi

Misal, data produksi yang kita miliki adalah sebagai berikut :

  • Lama waktu 1 shift             = 8 jam = 480 menit
  • Waktu istirahat                    = 1 jam = 60 menit
  • Downtime                            = 40 menit
  • Target produksi                    = 8.400 kg
  • Ideal run rate                        = 20 kg/menit
  • Hasil total 1 shift                  = 6.500 kg
  • Jumlah scrap/reject               = 47 kg
Maka, terlebih dahulu perlu dihitung variabel-variabel berikut ini:

  • Planned Production Time

Planned Production Time = lama waktu kerja 1 shift – waktu istirahat

= 480 – 60

= 420 menit


  • Operating Time

Operating Time = planned production time – downtime

= 420 – 40

= 380 menit


  • Good Product

Good Product  = hasil total – jumlah reject 

= 6.500 – 47

= 6.453 kg

Berikutnya, kita hitung OEE Factor, yang terdiri atas Availability, Performance, dan Quality:

  • Availability

Availability = (Operating Time : Planned Production Time) x 100%

= (380 : 420) x 100%

= 0,9048 x 100%

= 90,48%


  • Performance

Performance = ((Hasil Total : Operating Time) : Ideal Run Rate) x 100%

= ((6.500 : 380) : 20) x 100%

=  0,8553 x 100%

= 85,53%


  • Quality

Quality  = (Good Product : Hasil Total) x 100%

= (6.453 : 6.500) x 100%

= 0,9928 x 100%

= 99,28%

Jadi, nilai OEE-nya adalah:

OEE  = (Availability x Performance x Quality) x 100%

= (0,9048 x 0,8553 x 0,9928) x 100%

= 0,7683 x 100%

= 76,83%

Sekiranya, kita perlu pembanding,  nilai OEE Standard World Class Manufacturing sebagai berikut :

  • Availability   = 90,0%
  • Performance = 95,0%
  • Quality      = 99,9%
  • OEE           = 85,0%

jika kita kembali kepada hasil perhitungan OEE kita di atas, maka nampak bahwa faktor availability sudah baik dan berhasil melampaui standar world class, namun untuk faktor performance dan quality masih di bawah standar sehingga masih perlu diperbaiki dengan mengurangi kerugian pada speed loss dan quality loss.

Karena hitungan-hitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) itu hanya dimengerti oleh para manajer, agar kinerja pada tingkat karyawan dapat meningkat sehingga keberhasilan usaha dapat tercapai maka perlu menggunakan istilah yang lebih sederhana dan mudah dipahami maksudnya Cukup gunakan saja istilah TAEDD, yakni:

  • Target, yaitu jumlah produksi yang ditargetkan pada satu shift produksi, dalam contoh di atas berarti 8.400 kg.
  • Actual, yaitu jumlah hasil aktual yang dapat diterima (good product) pada satu shift produksi, dalam contoh di atas berarti 6.453 kg.
  • Efficiency, yaitu perbandingan hasil aktual yang dapat diterima (good product) dengan target, dalam contoh di atas berarti 76,82%
  • Downtime, yaitu jumlah waktu downtime pada satu shift produksi, dalam contoh di atas berarti 40 menit.
  • Defect, yaitu jumlah produk yang cacat (reject), dalam contoh di atas berarti 47 kg.

Down Time adalah jumlah waktu dimana suatu equipment tidak dapat beroperasi disebabkan adanya kerusakan (failure), namun pabrik masih dapat beroperasi karna masih adanya equipment lain yang bisa menggantikan fungsi sehingga proses produksi masih bisa berjalan.
Loss Time adalah jumlah waktu produksi yang hilang (pabrik tidak dapat beroperasi) akibat adanya salah satu equipment yang kritis mengalami kerusakan.
Overall Equipment Effectiveness (OEE) artinya Efektifitas Peralatan Keseluruhan








Label dan Kemasan (Label and Packaging)


Pengertian Kemasan 

Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk di pasar (Klimchuk dan Krasovec, 2006:33).

Menurut Kotler & Keller (2009:27), pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Pengemasan adalah aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk. Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah untuk menjaga produk. Namun, sekarang kemasan menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran (Rangkuti, 2010:132).

Pengertian Kemasan menurut beberapa ahli lainnya :

1. Kotler dan Amstrong (2012)
Menurut Kotler dan Amstrong, pengertian kemasan adalah suatu bentuk aktivitas yang melibatkan desain serta produks, sehingga kemasan ini dapat berfungsi agar produk di dalamnya dapat terlindungi.
2. Rodriguez (2008)
Menurut Rodriguez, pengertian kemasan adalah Kemasan atau pengemasan aktif adalah wadah yang mengubah kondisi dari bahan pangan dengan penambahan senyawa aktif sehingga mampu memperpanjang umur simpan dari bahan pangan yang dikemas dan juga meningkatkan keamanan serta tetap mempertahankan kualitas.

3. Titik Wijayanti (2012)
Menurut Titik Wijayanti, definisi kemasan adalah upaya yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk memberikan informasi kepada setiap konsumennya tentang produk yang ada di dalamnya.

4. Klimchuk dan Krasovec (2006)
Menurut Klimchuk dan Krasovec, definisi kemasan adalah desain kreatif yang menghubungkan bentuk, struktur, material, warna, citar, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan.

5. Cahyorini dan Rusfian (2011)
Menurut Cahyorini dan Rusfian, pengertian kemasan adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan yang terdiri dari desain grafis, informasi produk, serta struktur desain.

6. Danger (1992)
Menurut Danger, arti kemasan adalah wadah atau pembungkus untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Dengan adanya wadah atau pembungkus dapat membantu melindungi produk yang ada di dalamnya.

7. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian kemasan adalah bungkus pelindung pada suatu barang/ produk yang dihasilkan dari kegiatan mengemas

Kemasan yang dirancang dengan baik dapat membangun ekuitas merek dan mendorong penjualan. Kemasan adalah bagian pertama produk yang dihadapi pembeli dan mampu menarik atau menyingkirkan pembeli. Pengemasan suatu produk biasanya dilakukan oleh produsen untuk dapat merebut minat konsumen terhadap pembelian barang. Produsen berusaha memberikan kesan yang baik pada kemasan produknya dan menciptakan model kemasan baru yang berbeda dengan produsen lain yang memproduksi produk-produk sejenis dalam pasar yang sama.

Fungsi Kemasan 
Banyak perusahaan yang sangat memperhatikan pembungkus suatu barang sebab mereka menganggap bahwa fungsi kemasan tidak hanya sebagai pembungkus, tetapi jauh lebih luas dari pada itu. Simamora (2007) mengemukakan pengemasan mempunyai dua fungsi yaitu:
1. Fungsi Protektif 
Berkenaan dengan proteksi produk, perbedaan iklim, prasarana transportasi, dan saluran distribusi yang semua berimbas pada pengemasan. Dengan pengemasan protektif, para konsumen tidak perlu harus menanggung risiko pembelian produk rusak atau cacat.

2. Fungsi Promosional 
Peran kemasan pada umumnya dibatasi pada perlindungan produk. Namun kemasan juga digunakan sebagai sarana promosional. Menyangkut promosi, perusahaan mempertimbangkan preferensi konsumen menyangkut warna, ukuran, dan penampilan.

Sedangkan menurut Kotler (1999:228), terdapat empat fungsi kemasan sebagai satu alat pemasaran, yaitu :
  1. Self service. Kemasan semakin berfungsi lebih banyak lagi dalam proses penjualan, dimana kemasan harus menarik, menyebutkan ciri-ciri produk, meyakinkan konsumen dan memberi kesan menyeluruh yang mendukung produk. 
  2. Consumer offluence. Konsumen bersedia membayar lebih mahal bagi kemudahan, penampilan, ketergantungan dan prestise dari kemasan yang lebih baik. 
  3. Company and brand image. Perusahaan mengenal baik kekuatan yang dikandung dari kemasan yang dirancang dengan cermat dalam mempercepat konsumen mengenali perusahaan atau merek produk.
  4. Inovational opportunity. Cara kemasan yang inovatif akan bermanfaat bagi konsumen dan juga memberi keuntungan bagi produsen.
Selain berfungsi sebagai media pemasaran, kemasan juga memiliki beberapa fungsi lain, yaitu sebagai berikut:
  1. Kemasan melindungi produk dalam pergerakan. Salah satu fungsi dasar kemasan adalah untuk mengurangi terjadinya kehancuran, busuk, atau kehilangan melalui pencurian atau kesalahan penempatan. 
  2. Kemasan memberikan cara yang menarik untuk menarik perhatian kepada sebuah produk dan memperkuat citra produk. 
  3. Kombinasi dari keduanya, marketing dan Logistik dimana kemasan menjual produk dengan menarik perhatian dan mengkomunikasikannya.
Tujuan Kemasan 
Menurut Louw dan Kimber (2007), kemasan dan pelabelan kemasan mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
  1. Physical Production. Melindungi objek dari suhu, getaran, guncangan, tekanan dan sebagainya. 
  2. Barrier Protection. Melindungi dari hambatan oksigen uap air, debu, dan sebagainya. 
  3. Containment or Agglomeration. Benda-benda kecil biasanya dikelompokkan bersama dalam satu paket untuk efisiensi transportasi dan penanganan.
  4. Information Transmission. Informasi tentang cara menggunakan transportasi, daur ulang, atau membuang paket produk yang sering terdapat pada kemasan atau label.
  5. Reducing Theft. Kemasan yang tidak dapat ditutup kembali atau akan rusak secara fisik (menunjukkan tanda-tanda pembukaan) sangat membantu dalam pencegahan pencurian. Paket juga termasuk memberikan kesempatan sebagai perangkat anti-pencurian. 
  6. Convenience. Fitur yang menambah kenyamanan dalam distribusi, penanganan, penjualan, tampilan, pembukaan, kembali penutup, penggunaan dan digunakan kembali. 
  7. Marketing. Kemasan dan label dapat digunakan oleh pemasar untuk mendorong calon pembeli untuk membeli produk.
Jenis-jenis Kemasan 
Berdasarkan struktur isi, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
  1. Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan (kaleng susu, botol minuman, dll). 
  2. Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak kayu untuk wadah buah-buahan yang dibungkus dan sebagainya.
  3. Kemasan Tersier dan Kuarter, yaitu kemasan yang diperlukan untuk menyimpan, pengiriman atau identifikasi. Kemasan tersier umumnya digunakan sebagai pelindung selama pengangkutan.
Berdasarkan frekuensi pemakaiannya, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
  1. Kemasan sekali pakai (Disposable), yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik, bungkus permen, bungkus daun, karton dus, makanan kaleng. 
  2. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (Multi Trip), kemasan jenis ini umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Contohnya botol minuman dan botol kecap. 
  3. Kemasan yang tidak dibuang (Semi Disposable). Kemasan ini biasanya digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah dipakai. Contohnya kaleng biskuit, kaleng susu dan berbagai jenis botol.
Berdasarkan tingkat kesiapan pakai, kemasan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
  1. Kemasan siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah botol, wadah kaleng, dan sebagainya. 
  2. Kemasan siap dirakit, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.
Jenis dan Macam-Macam Bahan Kemasan
a. Kemasan Logam
Kemasan logam (kaleng) adalah kemasan yang paling aman karena kemas-an ini dapat melindungi produk dari sinar matahari, uap air, dan oksigen. Masalah utama pada kemasan kaleng ialah mahal dan pembelian harus dalam jumlah besar.

Selain itu, untuk aplikasinya juga harus menggunakan alat penutup kaleng khusus yang harganya juga cukup mahal. Di samping itu, teknologi pembuatan kemasan saat ini berkembang dengan pesat sehingga kemasan dapat dibuat dengan bermacam–macam bahan. Kemasan logam dapat dibuat dari aluminium dan plat besi lapis timah putih.

b. Kemasan Gelas
Kemasan gelas sifatnya tidak berekasi dengan bahan yang dikemas, tahan terhadap produk yang bersifat asam dan basa. Kekurangannya mudah pecah jika terkena benturan dan beratnya yang cukup berat dibandingkan dengan bahan lainnya seperti logam atau kertas. Kemasan gelas ini banyak digunakan untuk kemasan makanan dan minuman.

Untuk mencegah pecah pada waktu transportasi dan memudahkan penanganan, biasanya dikombinasikan dengan kemasan sekunder seperti karton bergelombang, krat kayu, maupun krat plastik.

c. Kemasan Plastik
Kemasan plastik sifatnya ringan, relatif murah, namun masa simpan relatif singkat dibandingkan dengan kaleng. Kemasan plastik dapat berbentuk plastik lembaran, kantong plastik, wadah plastik dengan bentuk tertentu, botol maupun gelas plastik.

Tidak semua jenis plastik dapat digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman. Ada jenis-jenis plastik yang tidak dapat digunakan untuk kemasan makanan dan minuman karena mengan- dung zat kimia yang tidak baik untuk kesehatan manusia.

d. Kemasan Kertas
Kemasan kertas dan karton banyak digunakan untuk kotak karton lipat (KKL) dan kotak karton gelombang (KKG) mudah dicetak.

Bahan yang banyak terdapat di Indonesia antara lain: (1) kertas: hvs, kraft, tisu, kertas yang di-coating (art paper, cast coated paper), (2) karton: duplex, ivory, art carton,
cast coated carton, dan (3) karton gelombang: kertas kraft dan kertas medium.

e. Kemasan Fleksibel
Kemasan ­eksibel merupakan suatu revolusi dari teknologi pembuatan kemasan, bentuknya ­eksibel sesuai sifat produk yang dikandungnya.

Bentuknya berubah jika diberi tekanan atau sentuhan. Kemasan ­eksibel dapat diproduksi dalam bentuk rol atau kantong (sachet).

Tips Membuat Kemasan yang Menarik
Setelah mengetahui pengertian kemasan beserta fungsi dan tujuan pembuatan kemasan, lalu bagaimana cara membuat kemasan yang menarik? Berikut ini tips-tipsnya:

1. Membuat Desain Kemasan yang Unik
Salah satu point penting dalam membentuk kemasan adalah dengan mendesainnya secara unik, inovatif dan berbeda dari produk lainnya. Kemasan yang unik sangat efektif untuk menarik minat masyarakat dan membuat penasaran.

Sebagai contoh misalnya ketika di rak supermarket berderet kemasan berbentuk kotak, kemudian Anda membuat kemasan yang berbentuk bulat maka secara otomatis konsumen akan mengamatinya dengan seksama dan penasaran tentang isi didalamnya.

2. Desain Kemasan Sesuai Target Market
Desain kemasan yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan target pasar. Misalnya jika target pasar Anda adalah anak-anak usia 5-12 tahunan maka buatlah  desain kemasan bisa ditambahkan gambar kartun yang paling digemari anak-anak atau dengan bentuk kemasan yang menyerupai mainan. Begitu juga jika targetnya orang dewasa maka desain juga harus menyesuaikan.

3. Membuat Kemasan dengan Beberapa Ukuran
Jika produk yang Anda jual merupakan produk baru, usahakan untuk membuat kemasan dengan berbagai ukuran misalnya small, medium dan large. Masyarakat cenderung akan memilih kemasan yang paling kecil untuk produk yang baru dirilis.

4. Mencantumkan Informasi Produk Secara Lengkap

Jangan lupa untuk mencantumkan informasi produk pada kemasan. Misalnya secara standar kemasan mencantumkan komposisi produk, jenis produk, cara penggunaan dan tanggal kadaluarsa. Konsumen cenderung tidak tertarik pada produk yang memiliki informasi minim.

Apa itu Label ? 

Label adalah salah satu bagian dari produk berupa keterangan baik gambar maupun kata-kata yang berfungsi sebagai sumber informasi produk dan penjual. Label umumnya berisi informasi berupa nama atau merek produk, bahan baku, bahan tambahan komposisi, informasi gizi, tanggal kedaluwarsa, isi produk dan keterangan legalitas.

Ketentuan mengenai pemberian label pada produk diatur dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan. Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan.

Berikut ini beberapa pengertian dan definisi label dari beberapa sumber buku:
  1. Menurut Marinus (2002:192), label merupakan suatu bagian dari sebuah produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau penjualnya. 
  2. Menurut Kotler (2000:477), label adalah tampilan sederhana pada produk atau gambar yang dirancang dengan rumit yang merupakan satu kesatuan dengan kemasan. Label bisa hanya mencantumkan merek atau informasi.
  3. Menurut Tjiptono (1997:107), label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual. Sebuah label biasa merupakan bagian dari kemasan, atau bisa pula merupakan etiket (tanda pengenal) yang dicantelkan pada produk.
  4. Menurut Swasta (1984:141), label yaitu bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang barang tersebut atau penjualnya. Jadi, sebuah label itu mungkin merupakan bagian dari pembungkusnya, atau mungkin merupakan suatu etiket yang tertempel secara langsung pada suatu barang.
Fungsi dan Tujuan Label 
Label bukan hanya sebagai alat penyampai informasi, namun juga berfungsi sebagai iklan dan branding sebuah produk. Menurut Kotler (2000:478), fungsi label adalah sebagai berikut:
  1. Label mengidentifikasi produk atau merek.
  2. Label menentukan kelas produk.
  3. Label menggambarkan beberapa hal mengenai produk (siapa pembuatnya, dimana dibuat, kapan dibuat, apa isinya, bagaimana menggunakannya, dan bagaimana menggunakan secara aman).
  4. Label mempromosikan produk lewat aneka gambar yang menarik.
Adapun tujuan label adalah sebagai berikut:
  1. Memberi informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus membuka kemasan. 
  2. Berfungsi sebagai sarana komunikasi produsen kepada konsumen tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh konsumen tentang produk tersebut, terutama hal-hal yang kasat mata atau tak diketahui secara fisik. 
  3. Memberi petunjuk yang tepat pada konsumen hingga diperoleh fungsi produk yang optimum.
  4. Sarana periklanan bagi produsen. 
  5. Memberi rasa aman bagi konsumen.
Jenis-jenis Label 
Menurut Marinus (2002:192), terdapat tiga tipe label berdasarkan fungsinya, yaitu sebagai berikut:
  1. Brand label adalah penggunaan label yang semata-mata digunakan sebagai brand.
  2. Grade label adalah label yang menunjukkan tingkat kualitas tertentu dari suatu barang. Label ini dinyatakan dengan suatu tulisan atau kata-kata.
  3. Label Deskriptif (Descriptive Label) adalah informasi objektif tentang penggunaan, konstruksi, pemeliharaan penampilan dan cirri-ciri lain dari produk.
Sedangkan menurut Simamora (2000:502), label diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
  1. Label produk (product label) adalah bagian dari pengemasan sebuah produk yang mengandung informasi mengenai produk atau penjualan produk. 
  2. Label merek (brand label) adalah nama merek yang diletakkan pada pengemasan produk.
  3. Label tingkat (grade label) mengidentifikasi mutu produk, label ini bisa terdiri dari huruf, angka atau metode lainya untuk menunjukkan tingkat kualitas dari produk itu sendiri.
  4. Label deskriptif (descriptive label) menggambarkan isi, pemakaian dan ciri-ciri produk. Pemberian label (labeling) merupakan elemen produk yang sangat penting yang patut memperoleh perhatian saksama dengan tujuan untuk menarik para konsumen.
Ketentuan dan Peraturan Label 
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan, label produk sekurang-kurangnya memuat nama produk, berat bersih atau isi bersih, serta nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia.

  1. Nama Produk Pangan. Pada setiap produk pangan terdapat nama produk. Nama produk pangan tersebut memberikan keterangan mengenai identitas produk pangan yang menunjukkan sifat dan keadaan produk pangan yang sebenarnya. Untuk produk pangan yang sudah terdapat dalam Standar Nasional Indonesia penggunaan nama produk menjadi bersifat wajib. 
  2. Keterangan Bahan yang Digunakan dalam Pangan. Keterangan ini diurutkan dari bahan yang paling banyak digunakan kecuali vitamin, mineral dan zat penambah gizi lainnya. Bahan tambahan pangan atau pengawet yang digunakan juga harus dicantumkan. Pernyataan mengenai bahan yang ditambahkan, diperkaya, atau difortifikasi juga harus dicantumkan selama itu benar dilakukan pada proses produksi dan tidak menyesatkan. 
  3. Berat Bersih Atau Isi Bersih Pangan. Berat bersih atau isi bersih menerangkan jumlah produk pangan yang terdapat dalam kemasan produk tersebut. Keterangan tersebut dinyatakan dalam satuan metrik seperti gram, kilogram, liter atau mililiter. Untuk produk makanan padat dinyatakan dalam ukuran berat, produk makanan cair dinyatakan dalam ukuran isi dan produk makanan semi padat atau kental dinyatakan dalam ukuran isi atau berat. 
  4. Nama dan Alamat Pabrik Pangan. Keterangan mengenai nama dan alamat pabrik pada produk pangan berisi keterangan mengenai nama dan alamat pihak yang memproduksi, memasukkan dan mengedarkan pangan ke wilayah Indonesia. Untuk nama kota, kode pos dan Indonesia dicantumkan pada bagian utama label sedangkan nama dan alamat dicantumkan dalam bagian informasi. 
  5. Tanggal Kedaluwarsa Pangan. Setiap produk pangan mempunyai keterangan kedaluwarsa yang tercantum pada label pangan. Keterangan kedaluwarsa yaitu batas akhir suatu pangan dijamin mutunya sepanjang penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan oleh produsen. Keterangan kedaluwarsa dicantumkan terpisah dari tulisan "Baik Digunakan Sebelum" dan disertai dengan petunjuk tempat pencantuman tanggal kedaluwarsa. 
  6. Nomor Pendaftaran Pangan. Dalam hal peredaran pangan, pada label pangan tersebut wajib mencantumkan nomor pendaftaran pangan. Adapun tanda yang diberikan untuk pangan yang diproduksi baik di dalam negeri maupun yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia adalah tanda MD untuk pangan olahan yang diproduksi di dalam negeri dan tanda ML untuk pangan olahan yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia. 
  7. Kode Produksi Pangan. Kode produksi yang dimaksud adalah kode yang dapat memberikan penjelasan mengenai riwayat suatu produksi pangan yang diproses pada kondisi dan waktu yang sama. Kode produksi tersebut disertai dengan atau tanggal produksi. Tanggal produksi yang dimaksud adalah tanggal, bulan dan tahun pangan tersebut diolah. 
  8. Penggunaan atau Penyajian dan Penyimpanan Pangan. Keterangan tentang petunjuk penggunaan dan atau petunjuk penyimpanan dicantumkan pada pangan olahan yang memerlukan penyiapan sebelum disajikan atau digunakan. Selain itu, cara peyimpanan setelah kemasan dibuka juga harus dicantumkan pada pangan kemasan yang tidak mungkin dikonsumsi dalam satu kali makan. Kemudian pada pangan yang memerlukan saran penyajian atau saran penggunaan dapat mencantumkan gambar bahan pangan lainnya yang sesuai dan disertai dengan tulisan "saran penyajian".







Perencanaan dan Pengawasan Produksi (Production Planning and Control)


Perencanaan dan Pengawasan Produksi (Production Planning and Control)

Yang dimaksud dengan Perencanaan dan Pengawasan Produksi adalah penenuan dan penetapan
kegiatan-kegiatan produksi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut,
dan mengawasi kegiatan pelaksanaan dari proses dan hasil produksi, agar apa yang telah direncanakan
dapat dilaksanakan dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Tujuan sebuah perusahaan pada umumnya adalah :
  1. Berproduksi dengan sukses
  2. Berproduksi dengan ekonomis
  3. Berproduksi dengan dapat menyelesaikan pembuatan barang atau jasa tepat pada waktunya dan juga penyerahannya
  4. Berproduksi dengan harapan memperoleh keuntungan
Apabila tujuan perusahaan dapat tercapai maka akan memperoleh hal-hal sebagai berikut, yaitu :
  1. Dapat membuat barang atau jasa dengan biaya yang murah
  2. Dapat menentukan harga pokok dan harga jual dengan harga yang cukup rendah
  3. Dapat bersaing dengan kemampuan yang cukup kuat
  4. Dapat menjual barang dalam jumlah yang banyak dan sekaligus menguasai bagian pasar yang luas.
  5. Memperoleh keuntungan yang diidam-idamkan.
Dengan keuntungan yang diperoleh ini, maka perusahaan akan mampu :
  1. Membayar gaji dan upah karyawan dengan baik dan tepat waktu
  2. Membayar tagihan-tagihan seperti listrik, air, telepon, bahan baku dan sebaginya.
  3. Merawat dan memelihara peralatan produksinya.
  4. Mengganti peralatan dan mesin-mesin yang sudah usang
  5. Melakukan ekspansi atau perluasan perusahaan
Jadi perencanaan dan pengawasan produksi merupakan usaha manajemen untuk menetapkan dasar-dasar daripada arus bahan dan prosesnya, sehinga menghasilkan produk yang dibutuhkan pada waktunya dengan biaya seminim mungkin, dan mengatur serta menganalisis mengenai pengorganisasian dan pengkoordinasian bahan-bahan, mesin-mesin dan peralatan, tenaga manusia dan tindakan-tindakan lain yang dibutuhkan.

Organisasi Bagian Perencanaan dan Pengawasan Produksi
Dalam suatu perusahaan bagian perencanaan dan pengawasan tidaklah selalu ada secara khusus, tergantung pada :
1. Besar kecilnya suatu perusahaan
2. Jenis proses produksi dari suatu perusahaan

Ada 2 jenis proses produksi yaitu :
1. Proses produksi yang terus menerus (continuous process)
2. Proses Produksi yang terputus-putus (intermittent process)

PERENCANAAN PRODUKSI
Perencanaan merupakan usaha atau tindakan-tindakan yang akan atau perlu diambil oleh pimpinan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan, dengan mempertimbangkan masalah-masalah yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.

Tujuan perencanaan produksi adalah agar dapat memproduksi barang-barang (output) dalam waktu tertentu di masa yang akan datang dengan kuantitas dan kualitas yang telah ditentukan serta besarnya keuntungan (profit) yang maksimum yang bisa dicapai.
Sehingga tujuan dari perencanaan produksi adalah :
1. Untuk mencapai tingkat keuntungan tertentu yang dapat di capai.
2. Untuk menggunakan sebaik-baiknya fasilitas yang sudah ada (faktor-faktor produksi)
3. Perusahaan mampu bekerja dengan tingkat efisiensi tertentu.
4. Dapat menguasai bagian pasar (market share) tertentu.
5. Agar perusahaan dapat tetap bertahan hidup dan berkembang

Jenis-Jenis perencanaan produksi 
Perencanaan dibedakan menurut jangka waktu
  1. Perencanaan produksi jangka pendek (Perencanaan Operasional), yaitu penentuan kegiatan produksi yang dilakukan dalam jangka waktu satu tahun mendatang atau kurang. Perencanaan produksi jangka pendek berhubungan dengan operasi perusahaan seperti penggunaan tenaga kerja, persediaan bahan baku dan fasilitas yang dimiliki perusahaan, sehingga perencanaan ini disebut juga dengan perencanaan oprasional
  2. Perencanaan produksi jangka panjang, yaitu perencanaan  tingkat kegiatan produksi lebih dari satu tahun, dan biasanya sampai dengan lima tahun mendatang, dengan tujuan untuk mengatur pertambahan kapasitas peralatan atau mesin-mesin, ekspansi perusahaan dan pengembangan produk (product development)

Syarat-syarat suatu perencanaan produksi yang baik adalah :
1. Harus sesuai dengan tujuan atau obyektifitas perusahaan
2. Rencana harus sederhana dan dapat di mengerti serta mungkin untuk dilaksanakan.
3. Rencana harus memberikan analisis dan klasifikasi kegiatan

Selain itu faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan produksi adalah :
1. Sifat dari proses produksi
2. Jenis dan mutu barang yang diproduksi
3. Sifat dari barang yang di produksi, apakah barang baru atau barang lama.

Untuk membuat rencana berapa jumlah barang yang harus di produksi, perusahaan harus menetapkan dahulu rencana penjualannya, serta berupa jumlah persediaan akhir yang diinginkan sebagai cadangan.

Secara Umum Rumus untuk menentukan jumlah barang yang harus di produksi adalah sebagai berikut :

Rencana Penjualan ................................. xxx
Persediaan Akhir .................................... xxx
------------------------------------------------------- +
Yang harus tersedia ................................ xxx
Persediaan awal ..................................... xxx
------------------------------------------------------- -
Jumlah yang di produksi ........................ xxx
                                                             ======

Sifat proses produksi :
  1. Proses produksi terputus-putus (intermittent process), Umumnya perencanaan produksi dilakukan berdasarkan jumlah pesanan (order) yang diterima. Sehingga tidak berdasarkan ramalan penjualan (forecasting)
  2. Proses produksi terus menerus (continuous process), perencanaan jumlah barang yang diproduksi perlu membuat ramalan penjualan (forecasting) dan membuat master schedule yang didasarkan atas ramalan penjualan

PENGUKURAN STANDARD PRODUKSI
Standard produksi (production standard) adalah suatu ukuran yang menjadi patokan atau pegangan dalam melaksanakan kegiatan produksi.
Umumnya standard produksi dipergunakan untuk menghitung satu unit produk yang di produksi.
Standard yang penting dalam perencanaan dalam perencanaan produksi adalah standard waktu (time standard), standard kualitas, dan biaya standard
(standard cost).
Untuk menentukan standard waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit produk tertentu, maka dibutuhkan penyelidikan mengenai variasi dari
waktu yang diperlukan untuk mengerjakan produk tersebut di suatu bagian atau mesin tertentu.



Selasa, 30 Juli 2019

Peluang Usaha (Business Opportunities)


PELUANG USAHA (Business Opportunities)

Apakah Anda termotivasi untuk berwirausaha? jangan terburu-buru terjun kelapangan. Kita harus berpikir secara matang dan cermat supaya kita tidak berhenti di tengah jalan. Sama seperti orang yang termotivasi untuk berpetualang, tanpa memahami peta dan medan yang akan dilalui, dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi? Tentunya kita akan bingung di tengah jalan karena konsep yang tidak matang.

Pada kenyataannya, dilapangan banyak orang terburu-buru untuk terjun langsung ke lapangan tanpa berpikir dengan matang, karena merasa mereka mempunyai produk yang canggih, punya modal, dan berani atau nekat, yang pada akhirnya mereka mendapatkan kegagalan, trauma dan depresi.

Kata “Peluang Usaha” terdiri dari dua kata, yaitu; Peluang yang artinya kesempatan, dan Usaha yang artinya upaya dengan berbagai daya untuk mencapai tujuan atau sesuatu yang diinginkan.
Secara sederhana, pengertian peluang usaha adalah kesempatan yang dimiliki seseorang untuk mencapai tujuan (keuntungan, uang, kekayaan) dengan cara melakukan usaha yang memanfaatkan berbagai sumber daya yang dimiliki.

Peluang usaha merupakan sebuah kemungkinan yang dipengaruhi oleh gagal atau suksesnya sebuah usaha yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Yang dapat diartikan juga sebagai ukuran prospek dari sebuah usaha yang dijalankan.

Dalam prospek di sini artinya sebuah prediksi kuantitaif dari usaha yang dijalankan dapat dari segi jumlah produk dan juga hasil penjualan dari usaha yang dijalankan. Jadi pengertian peluang usaha dalam kewirausahaan ialah sebuah kesempatan yang harus dan bisa dimanfaatkan oleh seorang pemilik bisnis atau wirausaha demi mendapatkan suatu tujuan tertentu yang diinginkan.
Maka dari itu, definisi peluang usaha adalah suatu kesempatan yang datang, menjadikan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan. Atau dapat pula diartikan sebagai kesempatan yang muncul di waktu tertenu yang dapat memberikan kesempatan besar untuk mendapatkan keuntungan apabila dalam kesempatan tersebut dilakukan suatu perbuatan dengan mengarahkan tenaga dan pikiran.

Pengertian Peluang Usaha Menurut Para Ahli 

1. Menurut Arif F. Hadiparanata
Peluang usaha merupakan sebuah resiko yang harus diambil dan dihadapi untuk mengelola dan mengatur segala urusan yang ada hubungannya dengan finansial.
2. Menurut Thomas W. Zimmerer
Peluang usaha merupakan sebuah terapan yang terdiri dari kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan melihat kesempatan yang dihadapi setiap hari.
3. Menurut Robbin and Coulter
Peluang usaha merupakan sebuah proses yang melibatkan invidu atau kelompok yang menggunakan usaha dan sarana tertentu untuk menciptakan suatu nilai tumbuh guna memenuhi sebuah kebutuhan tanpa memperhatkan sumber daya yang digunakan.
4. Menurut Dr. D.J. Schwartz
Cara memanfaatkan peluang usaha/bisnis menurutnya ialah:
  • Percaya dan yakin bahwa usaha dapat dilaksanakan. Hapuskan kata mustahil, tak mungkin, tak bisa atau tak perlu dicoba dari khasanah pikiran dan khasanah bicara.
  • Jangan hadir lingkungan yang statis yang akan melumpuhkan pikiran wiarusahawan. Lihatlah peluang-peluang usaha untuk menjadi besar, tradisi lain yang kurang menunjang peluang-peluang usaha ialah etos kerja yang rendah dan terlalu santai.
  • Setiap hari bertanyalah kepada diri sendiri, “bagaimana saya dapat melakukan usaha lebih baik?”.
  • Bertanya dan dengarkanlah, dengan bertanya dan mendengarkan maka wirausahawan akan mendapatkan bahan baku untuk mengambil keputusan yang tepat.
  • Perluas pikiran anda, bersemangatlah, bergaullah dengan orang-orang yang dapat membuah anda mendapat gagasan-gagasan peluang usaha.
5. Menurut KBBI
Peluang usaha terdiri dua kata yaitu “peluang” dan “usaha”, peluang yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Opportunity memiliki arti sesuai dengan KBBI ialah kesempatan.
Peluang usaha ini menjadi hal yang paling krusial sebelum membuka bisnis. Bahkan kita sudah harus memikirkan beberapa langkah ke depan soal seberapa langgeng life span peluang usaha yang kita bidik. Faktanya kebanyakan calon pebisnis lebih memikirkan apa yang sedang tren sekarang. Akhirnya, saat pasar mudah sekali jenuh mereka mengalami kerugian besar.

Ciri-Ciri Peluang Usaha yang Potensial
Ada banyak peluang usaha di sekitar kita, namun tidak semuanya punya potensi yang menguntungkan untuk jangka panjang. Berikut ini adalah beberapa ciri peluang usaha yang potensial:
  1. Punya nilai jual
  2. Bukan sekedar ambisi, tapi sifatnya riil
  3. Bisa bertahan lama dan berkelanjutan
  4. Bukan bisnis musiman
  5. Skala usaha bisa diperbesar
  6. Modal memulainya tidak terlalu besar
  7. Bisnis tersebut profitable
Ciri-Ciri Peluang Usaha Yang Baik
Sedangkan ciri-ciri peluang usaha yang baik yaitu sebagai berikut:
  1. Peluang usaha tidak meniru orang lain tetapi asli hasil riset dan pemikiran diri sendiri
  2. Peluang harus dapat mengantisipasi perubahan persaingan di pasar
  3. Adanya keyakinan dapat mewujudkannya
  4. Peluang itu harus sesuai dengan kehendak
  5. Kelayakan usaha tersebut telah teruji
  6. Adanya rasa senang apabila menjalankannya
Faktor Yang Mempengaruhi Munculnya Inspirasi Peluang Usaha
Faktor Internal
Adalah faktor yang bersumber dari dalam/diri sendiri antara lain:
  1. Wawasan atau pengetahuan yang ada pada diri sendiri
  2. Pengalaman pada dunia bisnis atau usaha
  3. Pengalaman dan kemampuan ketika menyelesaikan suatu masalah
  4. Kemampuan atau pemahaman terhadap sesuatu atau situasi kondisi
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar antara lain:
Masalah yang muncul dan dihadapi dan belum terselesaikan
  1. Kesulitan dalam mencari solusi masalah
  2. Pemikiran yang baik untuk membuat sesuatu yang baru dari suatu kondisi
  3. Keperluan yang belum tercapai atau terpenuhi untuk diri sendiri ataupun orang lain.
Sumber Peluang Usaha
Suatu peluang usaha memiliki sumber-sumbernya yang bisa membangkitkan semangat berusaha, yaitu diantaranya:
Diri Sendiri
Peluang usaha yang mempunyai potensial tinggi adalah bersumber dari diri sendiri, seperti dari hobi, keahlian pengetahuan dan dari riset atau pengamatan lingkungan. Alasan mengapa peluang yang baik datang dari diri sendiri karena:
  • Untuk menjalankan usaha haruslah konsisten dan memiliki komitmen
  • Untuk menjalankan usaha memerlukan proses yang panjang, sampai usaha tersebut sukses
  • Untuk menjalankan usaha butuh terus mencoba dan pantang menyerah, dengan didukung kreativitas dan juga mempunyai pengetahuan yang mencukup untuk meraih keberhasilan
Dari Lingkungan
Terdapat banyak sumber peluang usaha yang diperoleh dari lingkungan sekitar, seperti:
  • Usaha yang dimiliki orang tua yang terus dikembangkan, menjadikan semakin besar dan luas
  • Di lingkungan sekitar rumah
  • Kebiasaan diri sendiri
Dari Konsumen
Permintaan, keluhan, saran atau harapan konsumen pada barang atau jasa di pasar dapat menjadi sumber ide untuk menciptakan usaha.

Dari Perubahan Yang Terjadi
Peluang usaha bisa muncul dari berbagai perubahan lingkungan apabila orang tersebut dapat membaca situasi untuk dijadikan peluang usaha.

Acapkali seseorang berhasrat untuk mendirikan usaha baru karena didorong oleh adanya kesempatan dan peluang yang membentang di hadapannya dan juga karena memiliki impian dan optimisme yang berlebihan. Sebelum mengambil peluang dan kesempatan perlu untuk seseorang yang ingin berwirausaha melakukan evaluasi secara cermat atas kesempatan dan peluang yang ada.

Menurut Bygrave (1994), ada tiga komponen utama yang sebaiknya diteliti dan dievaluasi bagi seseorang yang ingin sukses membuka usaha baru (dalam Echdar, 2013: 58):

  • The opportunity: apakah kesempatan yang ada mampu kita tangkap dan jalankan dikemudian hari,
  • The Entrepreneur (and management team): apakah kita mampu menjadi wirausaha dengan membentuk managemen tim yang solid,
  • The resources needed to start the company and make it grow: apakah sumber-sumber daya yang kita butuhkan mampu kita sediakan. Minimal sumber daya manusia, bahan baku, dan modal.

Ketiga hal ini dapat menjadi kunci utama unutk menentukan kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam menjalankan bisnis atau usahanya.

Strategi menangkap peluang
Untuk mengidetifikasi peluang-peluang berkaitan dengan kewirausahaan, maka tahapan strategi yang perlu dilakukan adalah:
  1. Penilaian lingkungan (eksternal dan internal); SWOT (Strength, weakness, opportunities, dan threat). Analisis SWOT dilakukan tentunys terhadap usaha kita maupun perusahaan kompetitor.
  2. Penilaian organisasi: apakah perusahaan mampu menciptakan keunggulan bersaing.
  3. Strategi berbasis biaya: setiap produk atau jasa dapat diproduksi dengan biaya seefisien mungkin, sehingga dlm penetapan harga dapat bersaing.
  4. Strategi berbasis diferensiasi: mampu menghasilkan berbagai diferensiasi.
  5. Strategi hasil: menghasilkan laba sesuai target, pangsa pasar meningkat, meningkatkan kepuasan pelanggan, kelangsungan hidup perusahaan berlanjut.
Strategi memilih jenis usaha
Dalam memulai usaha ada baiknya jika seseorang memiliki strategi yang matang dalam memilih jenis usaha. Adapun beberapa strategi dalam memilih usaha:
  1. Pilih usaha yang disukai;  sangat baik jika kita tahu apa yang menjadi kesukaan atau kegemaran kita. Dapat dikembangkan sebuah usaha dari hobi atau kesukaan, agar dalam bekerja tidak ada rasa tertekan tapi dapat menikmati setiap prosesnya.
  2. Lebih baik memulai usaha dari yang kecil terlebih dahulu; walaupun dalam hal kemampuan modal dan kemampuan diri tinggi, namun ada baiknya jika kita memulai usaha dari yang kecil. Karena ada proses yang akan kita lewati dari setiap proses bisnis. Pembelajaran dalam setiap proses membatu kita untuk mengelola kemungkinan resiko yang akan muncul di masa depan.
  3. Jangan pilih usaha musiman; lebih baik berusaha dengan peluang berkembang bukan karena musim atau tren yang ada, namun karena kebutuhan yang terus-menerus bukan karena musim saja.
  4. Bisnis waralaba; usaha waralaba bisa menjadi jalan pintas karena tidak repot dengan format bisnis atau sistem, tidak memerlukan waktu lama untuk memperkenalkan produk dan umumnya tidak direpotkan dalam pembuatan produk.
Penyebab utama kegagalan menangkap peluang usaha
  • Berbagai penyebab utama kekagalan mengkap peluang usaha, diantaranya adalah:
  • Semangat pada awal memulai usaha dan menjadi loyo diperjalanan usaha hingga akhirnya menyerah untuk berbisnis.
  • Sekedar Ikut-ikutan usaha atau sekedar tren. Dalam berusaha seringkali kita menjadi orang yang hanya ikut-ikutan teman, atau tren yang sedang berkembang, tanpa menyesuaikan dengan kemampuan yang dimilki.
  • Kurang dedikasi; tidak sepenuh hati mengerjakan usaha yang dibangun.
  • Perencanaan dan pengelolaan keuangan yang buruk; perencanaan penting dilakukan untuk membantu mengarahkan pengeluaran yang akan terjadi. Terkadang kita sering keluar dari rencana yang telah dibuat. Ingat bahwa perencanaan yang baik harus didukung dengan tindakan yang terarah mengikuti rancangan yang dibuat, jangan menyimpang dari perencanaan awal.
  • Pengalaman manajemen usaha yang buruk, kurang disiplin, tidak terencana dan tidak tersistem.
  • Lokasi usaha yang tidak strategis, seringkali memilih lokasi secara asal-asalan.
  • Kurang konsisten dan teliti dalam pengendalian bisnis
  • Tidak tegas dalam manajemen utang
  • Kurang meyakini bahwa usaha dapat berhasil dan kurang percaya diri.
Beberapa faktor penting wajib diperhatikan agar sebuah usaha bisa memiliki umur panjang. Salah satu diantaranya adalah dengan melakukan serangkaian analisis seperti berikut ini :
Analisis Partial
Analisa ini juga disebut dengan Analisis Partial Budgeting yang dipakai untuk mengukur sejumlah perubahan dalam dunia usaha. Biasanya variabel yang diteliti hanya yang kemungkinan berubahnya tinggi seperti biaya produksi, penerimaan dan keuntungan.
Ini penting untuk mengukur potensi peningkatan keuntungan dan kerugian usaha. Kasarannya calon pemilik usaha harus melakukan proyeksi anggaran dulu supaya ke depan berbagai macam kerugian dan hambatan bisa ditekan.
Analisis Komprehensif
Dalam pengertian peluang usaha, analisa komprehensif sangat perlu. Analisa ini dilakukan secara menyeluruh. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:
1. Kelayakan Produk
Produk harus dipastikan memenuhi standar pasar. Kalau kita ingin menjual gudeg kemasan misalnya, ketahanan gudeg, rasa setelah diawetkan dan juga kemasannya juga sangat penting. Dilain pihak, analisa kelayakan produk ini penting bila Anda ingin menentukan daya tarik calon pelanggan. Ini juga bisa digunakan sebagai acuan untuk mengidentifikasi sumberdaya demi keperluan produksi.
Yang terpenting cari data dari konsumen secara langsung, apa yang mereka inginkan dan apa sebenarnya yang belum terpenuhi. Sisi produksi juga harus dilihat, seberapa sulit dan sebarapa banyak bahan yang dibutuhkan. Hal ini sering diidentikan dengan usability testing dan concept testing yang membahas tentang ide, pangsa pasar, deskripsi barang, benefit produk untuk konsumen, karakter yang membedakan produk dengan lainnya derta distribusi pemasannya.
Cara mudah untuk melakukan tes ini adalah dengan membuat sejumlah kecil produk dan meminta kolega dan orang terdekat untuk mencobanya kemudian melakukan evaluasi. Lebih baik tidak usah diberi tahu kalau ini produk Anda supaya mendapatkan komentar jujur.
2. Kelayakan Industri
Nilai seluruh tampilan produknya. Pahami juga kemungkinan lain seperi kompetitor yang siap menyalip produk Anda baik ini pendatang baru atau yang sudah lama. Selain itu, daya tawar pembeli dan juga daya tawar pemasok menjadi hal penting.
Karakteristik industri yang menarik memiliki faktor; 1) bisa tumbuh dan besar,  2) Dibutuhkan konsumen, 3) Industry masih muda 4) Margin yang besar dan 5) Pesaing masih sedikit.
Tapi tidak sedikit sebuah produk berhasil mengalahkan kompetitor karena mereka membuat inovasi cemerlang.
3. Kelayakan Organisasi
Dalam hal ini Anda harus memikirkan hal-hal seperti; keahlian menejemen, kompetensi organisasi Anda mulai dari karyawan hingga menejer dan juga apakah Anda punya sumberdaya manusia yang cukup.
4. Keuangan
Untuk menentukan peluang usaha yang pas, analisis keuangan tentu saja perlu. Seberapa banyak uang kas yang dibutuhkan? Kinerja keuangannya seperti apa? Apakah dengan bisnis ini ada kemungkinan keuntungan bertambah?
Untuk seorang pebisnis pemula, memahami pengertian peluang usaha sangatlah penting. Ada banyak sekali peluang usaha di luar sana. Namun apakah semua menguntungkan? Tergantung.
Banyak sekali penjual nasi pecel, penjual sepatu, kerudung dan sebagainya. Akan tetapi dengan berjubelnya pedagang seperti ini tentu saja mereka memiliki penghasilan yang berbeda. Ini disebabkan oleh banyak faktor.
Bisa saja salah satu melakukan analisa secara mendalam sebelum membuka bisnis, dan yang lainnya hanya sekedar memberi margin kemudian menjualnya begitu saja. Intinya asal untung.

Banyak orang yang berpikir berulang kali untuk memutuskan menjadi seorang wirausahawan. Bagaimana tidak, Anda harus membangun sistem, memikirkan pengadaan produk yang hendak dijual, membangun sistem pemasaran, mengurusi banyak hal lainnya yang memusingkan, tapi masih harus dihadapkan dengan resiko merugi.

Bandingkan dengan seorang pegawai atau karyawan yang pekerjaannya sudah baku sesuai dengan SOP (Standard Operation Procedure) perusahaan, dan pastinya mendapatkan penghasilan tetap serta fasilitas lainnya. Perlu kita sadari bahwa ketika memutuskan menjadi seorang wirausahawan, maka Anda sudah maju satu langkah lebih baik dibandingkan mereka yang tidak punya niat untuk memiliki bisnis sendiri.

Bagaimana Menjadi Seorang Wirausahawan?

Peluang wirausaha selalu terbuka bagi siapapun yang memiliki niat, minat, serta keuletan. Kita tidak mungkin sukses menjalani kehidupan berwirausaha jika tidak memiliki niat, minat, dan keuletan. Artinya, kita harus terlebih dahulu membangun mental dan sikap sebagai seorang wirausahawan, apapun bidangnya serta besar dan kecilnya skala kegiatan usaha Anda.
Seorang wirausahawan tentu harus memahami setiap resiko yanga ada, mengingat ada banyak jenis usaha yang tidak memiliki kepastian apakah akan sukses atau tidak di masa yang akan datang. Selain itu, tugas kita sebagai seorang pengusaha tentunya akan lebih banyak dibandingkan mereka yang berprofesi sebagai karyawan biasa yang pekerjaannya sudah baku.

Ada dua macam pengusaha di dunia ini. Yang pertama adalah pengusaha yang mendapatkan warisan atau meneruskan kejayaan orang tuanya. Kedua, pengusaha yang merintis bisnisnya dari nol hingga berhasil.
Para pengusaha dari golongan pertama tentu lebih beruntung karena hanya perlu melanjutkan bisnis yang telah dibesarkan oleh orangtuanya. Lain halnya dengan penguasha golongan kedua, mereka sangat mengerti arti perjuangan dalam merintis bisnis dari bawah.
Tidak perduli pengusaha golongan pertama atau kedua, untuk menjadi seorang wirausahawan sukses bukanlah sesuatu yang bisa terjadi begitu saja. Di balik kesuksesan seorang pengusaha, pasti ada kerja keras, ketekunan, dan niat yang luar biasa dalam mencapai goal yang diinginkan.

Tips Singkat Berwirausaha Modal Kecil
Semua pengusaha sukses memiliki pola berpikir yang hampir sama, yaitu bahwa bisnis yang dijalankannya pasti akan mendapatkan profit. Wirausaha modal kecil juga bisa sukses di tengah gempuran para pebisnis besar. Berikut ini 3 tips singkat berwirausaha dengan modal kecil:
1. Ikuti Pola Pikir (mindset) Orang Sukses
Pola pikir kita sangat berpengaruh dan merupakan hal yang paling penting saat kita memulai usaha. Para wirausahawan sukses yang memulai karir bisnisnya dari bawah dituntut untuk kreatif dalam memulai dan mengembangkan usahanya.
Tidak ada kata menyerah dalam kamus mereka, selalu ada jalan ketika mereka menemukan kendala dalam berwirausaha. Mereka selalu menemukan terobosan baru dalam banyak hal yang berhubungan dengan usaha mereka. Semua terobosan dan ide itu mereka dapatkan dari proses membangun bisnis mereka yang penuh liku dan tantangan.
2. Modal Bukanlah Segalanya
Hal ini seringkali disebutkan oleh para pengusaha. Walaupun merupakan faktor penting, namun modal uang bukanlah segalanya untuk bisa sukses dalam dunia wirausaha.
Modal (uang) adalah sarana tapi bukan faktor penentu kesuksesan dalam berbisnis. Seorang wirausahawan yang sudah memiliki tekad kuat pasti akan menemukan banyak cara untuk mendapatkan modal usahanya.
3. Kerja Keras
Hal yang paling sering kita temukan dari seorang wirausahawan adalah etos kerjanya yang luar biasa. Mereka adalah pekerja keras dan selalu berusaha memberikan upaya terbaik dalam membangun bisnis mereka. Karena kebiasaan ini, mungkin mereka akan sakit bila tidak bekerja keras dalam sehari.
Selain pekerja keras, para pengusaha sukses juga terkenal dengan semangatnya, memiliki motivasi tinggi, tidak kenal putus asa, dan menyukai tantangan dan persaingan dalam berbisnis. Itulah sebabnya kenapa mereka selalu bisa melewati tantangan demi tantangan dalam berbisnis.

TUGAS KELOMPOK :
Bersama kelompokmu amatilah macam-macam wirausaha yang ada di sekitar tempat tinggalmu, diskusikan bersama kelompokmu :
- Peluang Usaha apa yang masih memiliki prospek yang bagus ?
- Bagaimana kelompok kalian menentukan peluang tersebut ?
- Bagaimana prosedur yang kalian pergunakan dalam menentukan pilihan tersebut ?




Senin, 29 Juli 2019

Membuat Kuesioner



Cara Membuat Kuesioner Penelitian

Kuesioner menjadi salah satu aspek penting dalam penelitian. Kuesioner ini merupakan wujud daripada metode pengumpulan data.
Dalam melakukan suatu penelitian, teknik pengumpulan data yang lazim digunakan adalah menggunakan kuesioner, yaitu daftar berisi pertanyaan-pertanyaan penelitian yang harus dijawab oleh responden. Meski terkesan mudah, sesungguhnya membuat kuesioner yang efektif cukup rumit; selain itu, dibutuhkan waktu dan proses yang tidak sebentar untuk menyebarkan kuesioner kepada responden. Anda perlu membuat kuesioner untuk mendukung proses pengumpulan data penelitian?

Pengertian Kuesioner

Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.
Kuesioner juga dikenal sebagai angket. Kuesioner merupakan sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi atau dijawab oleh responden atau orang yang akan diukur. Hal yang didapatkan melalui kuesioner adalah kita dapat mengetahui keadaan atau data pribadi seseorang, pengalaman, pengetahuan, dan lain sebagainya yang kita peroleh dari responden.

Pengertian Kuesioner Menurut Para Ahli
Berikut merupakan pengertian kuesioner menurut para ahli.
Dewa Ktut Sukardi (1983)
Pengertian kuesioner menurut Dewa Ktut Sukardi adalah suatu bentuk teknik alam pengumpulan data yang dilakukan pada metode penelitian dengan tidak perlu/wajib memerlukan kedatangan langsung dari sumber data.
Bimo Walgito (1987),
Menurut Bimo Walgito definisi kuesioner adalah daftar pertanyaan dalam penelitian yang diharuskan untuk dijawab oleh responden atau informan.

Tujuan Kuesioner
Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah :
  • Mendapatkan data yang relevan dengan tujuan penelitian.
  • Mendapatkan data dengan reliabilitas dan validitas yang setinggi mungkin.
Fungsi Kuesioner
Berikut ini merupakan fungsi kuesioner, antara lain :
  • Guna mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar dalam rangka penyusunan catatan permanen.
  • Guna menjamin validitas informasi yang diperoleh dengan metode lain.
  • Pembuatan evaluasi progam bimbingan.
  • Guna mengambil sampling sikap atau pendapat dari responden.
Jenis-Jenis Pertanyaan Dalam Kuesioner
Dalam kuesioner, pertanyaan-pertanyaannya dibedakan menjadi berikut.
Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan-pertanyaan yang membatasi atau menutup pilihan-pilihan respons yang tersedia bagi responden. Responden hanya dapat memilih jawaban yang tertera pada kuesioner. Responden tidak dapat memberikan jawabannya secara bebas yang mungkin dikehendaki oleh responden yang bersangkutan. Umumnya jenis kuesioner ini digunakan apabila masalahnya telah jelas.

Pertanyaan Terbuka (Open Question)
Pertanyaan terbuka adalah jenis pertanyaan yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada responden untuk memberikan jawaban atau tanggapannya. Orang yang ingin mendapatkan opini biasanya menggunakan kuesioner jenis ini.

Pertanyaan Terbuka dan Tertutup (Open and Closed Question)
Pertanyaan terbuka dan tertutup adalah percampuran antara pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.

Petunjuk yang dapat digunakan untuk memilih bahasa dalam kuesioner adalah sebagai berikut.
  1. Gunakan bahasa responden kapanpun bila mungkin.
  2. Usahakan kata-kata yang digunakan tetap sederhana.
  3. Bekerja dengan lebih spesifik lebih baik daripada ketidakjelasan dalam pilihan kata-kata.
  4. Hindari menggunakan pertanyaan-pertanyaan spesifik.
  5. Pertanyaan yang digunakan harus singkat.
  6. Jangan memihak responden dengan berbicara kepada mereka dengan pilihan bahasa tingkat bawah.
  7. Hindari bias dalam pilihan kata-katanya. Selain itu, hindari juga bias dalam pertanyaan-pertanyaan yang menyulitkan.
  8. Berikan pertanyaan kepada responden yang tepat, artinya orang-orang yang mampu merespon. Jangan berasumsi mereka tahu banyak.
  9. Sebelum menggunakannya, pastikan terlebih dahulu bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut secara teknis cukup akurat.
  10. Gunakan perangkat lunak untuk memeriksa apakah level bacaannya sudah tepat bagi responden.
Kelebihan Metode Kuesioner
Berikut ini merupakan beberapa kelebihan metode kuesioner.
  1. Tidak membutuhkan kehadiran peneliti.
  2. Mampu dibagikan secara bersama-sama kepada seluruh responden.
  3. Waktunya fleksibel, tergantung waktu senggang responden.
  4. Dapat dibuat anonim atau tanpa nama sehingga responden tidak malu dalam menjawab pertanyaan yang diajukan.
  5. Pertanyaan dapat distandarkan.
Kekurangan Metode Kuesioner
Berikut ini merupakan kekurangan metode kuesiner.
  1. Responden sering tidak teliti, terkadang ada pertanyaan yang terlewatkan.
  2. Responden sering tidak jujur meskipun anonim.
  3. Kuesioner sering tidak kembali apabila dikirim lewat pos atau jasa pengiriman Iainnya.
  4. Responden dengan tingkat pendidikan tertentu kemungkinan kesulitan mengisi kuesioner.
Skala dalam kuesioner
Pengertian penskalaan adalah proses menetapkan nomor-nomor atau simbol-simbol terhadap suatu atribut atau karakteristik yang bertujuan untuk mengukur atribut atau karakteristik tersebut.

Berikut merupakan alasan penganalisis sistem mendesain skala.

Guna mengukur sikap atau karakteristik orang-orang yang menjawab kuesioner.
Supaya responden memilih subjek kuesioner.
Bentuk skala pengukuran dibedakan menjadi 4 macam, yakni :

1. Nominal
Skala nominal merupakan bentuk pengukuran yang paling lemah. Skala nominal berfungsi untuk mengklasifikasikan sesuatu. Pada umumnya semua analis dapat menggunakan skala jenis ini guna mendapatkan jumlah total untuk setiap klasifikasi.
Contoh skala Nominal adalah :
Apa pendidikan terakhir saudara ?
1 = SD 2 = SMP 3 = SMA/SMK 4 = Perguruan Tinggi

2. Ordinal
Skala ordinal hampir sama dengan skala nominal, yakni sama-sama memungkinkan dilakukannya klasifikasi. Perbedaan antara skala ordinal dan skala nominal adalah jika skala ordinal menggunakan susunan posisi. Skala jenis ini sangat berguna karena satu kelas lebih besar atau kurang dari kelas lainnya.
Skala ordinal ini memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada skala nominal, karena skala ini tidak hanya menunjukkan kategori saja tetapi juga menunjukkan peringkat.
Contoh skala Ordinal adalah :
misal dalam variabel nilai huruf mutu pada perkuliahan, yaitu nilai A, B, C, D, dan E. Pada nilai ini menunjukkan tingkatan bahwa nilai A lebih besar dari B, dan seterusnya.

3. Interval
Skala interval mempunyai karakteristik, yakni interval di antara masing-masing nomor adalah sama. Berkaitan dengan karakteristik ini, operasi matematisnya bisa ditampilkan dalam data-data kuesioner, sehingga bisa dilakukan analisis yang lebih lengkap.
Contoh skala Interval adalah :
contoh yang paling umum pada skala interval adalah suhu. Misalkan suatu ruangan memiliki suhu 0 Celcius, ini bukan berarti bahwa ruangan tersebut tidak ada suhunya.

4. Rasio
Skala rasio merupakan jenis skala yang paling jarang digunakan. Skala rasio hampir sama dengan skala interval dalam arti interval-interval di antara nomor diasumsikan sama. Skala rasio mempunyai nilai absolut nol.
Contoh skala Rasio adalah :
misal tinggi badan Agung adalah 190 cm sedangkan tinggi badan Vatinson adalah 95 cm. Pada situasi ini dapat dikatakan bahwa jarak tinggi badan Vatinson dengan Agung adalah 95 cm. Bisa juga dikatakan bahwa tinggi badan Agung 2 kali tinggi badan Vatinson.

Tahapan dalam pembuatan sebuah kuesioner penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mendesain Kuesioner

1. Tentukan tujuan kuesioner. Data atau informasi apakah yang ingin Anda kumpulkan dari kuesioner tersebut? Apa tujuan utama penelitian Anda? Apakah kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang efektif untuk jenis penelitian Anda?
Tentukan pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian adalah satu atau beberapa pertanyaan yang merupakan fokus utama dalam kuesioner Anda.
Kembangkan satu atau beberapa hipotesis yang ingin Anda uji. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner Anda harus diarahkan sedemikian rupa untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut.

2. Pilih tipe pertanyaan. Ada beberapa tipe pertanyaan yang lazim digunakan dalam kuesioner penelitian; setiap tipe memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, serta sangat bergantung pada data atau informasi yang ingin Anda kumpulkan. Beberapa tipe pertanyaan yang lazim digunakan dalam kuesioner:
  • Pertanyaan dikotomis: pertanyaan dikotomis hanya mampu dijawab dengan “ya” atau “tidak”; terkadang, ada pula kuesioner yang menyediakan jawaban “setuju” atau “tidak setuju”. Tipe pertanyaan ini paling mudah untuk dianalisis, namun tidak bisa dijadikan alat ukur yang akurat dan mendetail.
  • Pertanyaan terbuka: pertanyaan terbuka mengizinkan responden untuk menguraikan jawaban. Secara umum, tipe pertanyaan ini berguna untuk memahami sudut pandang responden, namun sangat sulit untuk dianalisis. Tipe pertanyaan ini sebaiknya digunakan untuk menjawab pertanyaan “mengapa”.
  • Pertanyaan berupa pilihan berganda: tipe pertanyaan ini dilengkapi dengan tiga pilihan jawaban atau lebih yang saling bertentangan; responden kemudian diminta untuk memilih satu atau beberapa jawaban yang menurutnya paling sesuai. Pertanyaan berupa pilihan berganda dapat dianalisis dengan mudah, namun kemungkinan tidak melibatkan jawaban yang paling diinginkan responden.
  • Pertanyaan berupa skala ordinal/skala peringkat: Tipe pertanyaan ini meminta responden untuk mengurutkan pilihan jawaban yang disediakan. Misanya, responden mungkin diminta untuk mengurutkan lima buah pilihan jawaban dimulai dari yang kurang penting sampai paling penting. Tipe pertanyaan ini secara tidak langsung memaksa responden untuk mendiskriminasi pilihan-pilihan yang ada, namun tidak mampu menjelaskan alasan di balik pilihan responden.
  • Pertanyaan berupa skala bertingkat: tipe pertanyaan ini memungkinkan responden untuk menilai suatu isu berdasarkan skala ukur yang tersedia. Anda bisa menyediakan skala ukur berupa angka 1-5; angka 1 mewakili jawaban “sangat tidak setuju”, sementara angka 5 mewakili jawaban “sangat setuju”. Tipe pertanyaan ini sangat fleksibel, namun tidak mampu menjawab pertanyaan “mengapa”.
3. Kembangkan pertanyaan kuesioner Anda. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner harus jelas, ringkas, dan lugas. Pertanyaan yang tidak bertele-tele memungkinkan Anda untuk mendapatkan jawaban yang lebih akurat dari responden.
  • Tulis pertanyaan yang ringkas dan sederhana. Hindari membuat pertanyaan yang terlalu rumit atau sarat istilah teknis; dikhawatirkan, pertanyaan tersebut akan membingungkan responden dan mencegah mereka memberikan respons yang akurat.
  • Ajukan satu pertanyaan dalam satu kalimat tanya. Ini akan membantu menghindarkan responden dari kebingungan atau kesalahpahaman.
  • Waspadai pertanyaan yang bersifat personal atau sensitif seperti pertanyaan mengenai usia, berat badan, atau riwayat hubungan seksual responden.
  • Jika terpaksa harus menanyakan pertanyaan yang sensitif, setidaknya demografi data yang Anda kumpulkan harus dibuat anonim atau dienkripsi.
  • Tentukan apakah Anda akan menerima jawaban seperti “Aku tidak tahu” atau “Pertanyaan ini tidak cocok/tidak berlaku untukku”. Meski memberikan kesempatan kepada responden untuk tidak menjawab pertanyaan yang tidak ingin mereka jawab, pilihan semacam ini nantinya dapat mengacaukan proses analisis data Anda.
  • Letakkan pertanyaan yang paling penting di awal kuesioner. Seiring berjalannya waktu, perhatian dan fokus responden dapat dengan mudah teralihkan. Agar Anda tetap memperoleh data yang penting dan dibutuhkan, gunakan metode ini.
4. Batasi panjang kuesioner. Buat kuesioner Anda sesingkat dan selugas mungkin, terutama karena orang-orang cenderung lebih nyaman mengisi kuesioner yang singkat. Meski demikian, pastikan kuesioner Anda tetap komprehensif dan membantu Anda mendapatkan berbagai informasi penting yang diperlukan. Jika mampu membuat kuesioner yang hanya terdiri dari 5 pertanyaan, mengapa tidak?
  • Ajukan pertanyaan yang benar-benar relevan dengan pertanyaan penelitian Anda. Ingat, kuesioner tidak ditujukan untuk mengumpulkan informasi mengenai responden!
  • Hindari pertanyaan yang kurang jelas atau bertele-tele; pastikan Anda tidak membingungkan responden!
5. Identifikasi demografi target responden. Apakah ada kelompok tertentu yang menjadi target responden Anda? Agar penelitian lebih terarah, ada baiknya Anda terlebih dahulu menentukan demografi target responden sebelum menyebarkan kuesioner.
  • Pertimbangkan jenis kelamin target responden Anda. Apakah kuesioner tersebut diperuntukkan bagi pria dan wanita? Atau penelitian Anda memang hanya membutuhkan responden pria?
  • Tentukan usia target responden Anda. Apakah Anda hanya membutuhkan informasi dari orang dewasa? Atau juga dari remaja dan anak-anak? Sebagian besar kuesioner menargetkan responden dengan rentang usia tertentu yang dianggap lebih relevan dengan topik penelitiannya.
  • Pertimbangkan untuk memasukkan rentang usia dalam demografi target responden Anda. Misalnya, orang-orang yang berusia 18-29 tahun dikelompokkan dalam kategori dewasa muda; sementara itu, orang-orang yang berusia 30-54 tahun dikelompokkan ke dalam kategori dewasa; dan orang-orang yang berusia di atas 55 tahun dikelompokkan ke dalam kategori manula. Niscaya, Anda akan mendapatkan lebih banyak responden jika tidak menentukan satu target usia yang spesifik.
  • Pikirkan kriteria apa lagi yang bisa Anda masukkan dalam demografi target responden. Apakah responden Anda harus bisa mengendarai mobil? Apakah mereka harus memiliki asuransi kesehatan? Apakah mereka harus memiliki anak yang berusia di bawah 3 tahun? Pastikan Anda menentukan kriteria sejelas-jelasnya sebelum menyebarkan kuesioner.
6. Pastikan Anda mampu melindungi kerahasiaan responden. Tentukan rencana perlindungan data responden bahkan sebelum Anda membuat kuesioner; ini merupakan salah satu tahap terpenting yang tidak boleh Anda lewatkan.

  • Pertimbangkan untuk membuat kuesioner anonim; dengan kata lain, tidak perlu meminta responden menuliskan nama mereka di dalam kuesioner. Ini adalah langkah sederhana untuk melindungi kerahasiaan mereka, meski terkadang identitas mereka tetap akan terlihat dari informasi lainnya (seperti usia, fitur jasmaniah, atau kode pos).
  • Pertimbangkan untuk memberikan identitas baru bagi setiap responden Anda. Berikan identitas berupa deretan nomor unik untuk setiap lembar kuesioner yang sudah diisi oleh responden), dan rujuk responden Anda hanya dengan identitas baru tersebut. Hapus atau sobek berbagai identitas personal yang dituliskan responden.
  • Ingat, tidak dibutuhkan terlalu banyak informasi untuk mengidentifikasi identitas seseorang. Kemungkinan besar, orang-orang enggan menjadi responden penelitian karena alasan tersebut; jika memungkinkan, pastikan Anda tidak menanyakan terlalu banyak informasi personal agar mampu meraih lebih banyak responden.
  • Pastikan Anda menghapus seluruh data (terutama informasi responden) setelah penelitian Anda selesai.

2. Teknik Pembuatan Kuesioner

Tujuan pokok pembuatan kuisioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin. Mengingat terbatasnya masalah yang dapat ditanyakan dalam kuisioner, maka senantiasa perlu diingat agar pertanyaan-pertanyaan memang langsung berkaitan dengan hipotesis dan tujuan penelitian.

Jika variabel penelitian sudah jelas, maka pertanyaan pun menjadi jelas (baca juga : Indeks dan Skala). Ini tentunya berkaitan dengan kemampuan teknis pembuatan kuisioner, walaupun titik tolaknya adalah variabel penelitian yang jelas dan relevan. Sebaliknya, jika variabel penelitian masih kabur dalam pikiran peneliti, pertanyaan-pertanyaan juga akan kabur dan mungkin sekali dimasukan banyak pertanyaan yang tidak relevan. Kekaburan dan kekacauan tersebut akan menimbulkan masalah yang berlarut-larut pada analisa data dan penulisan hasil penelitian.

Beberapa cara pemakaian kuisioner
  1. Kuesioner digunakan dalam wawancara tatap muka dengan responden
  2. Kuisioner diisi sendiri oleh kelompok. Misal, seluruh murid dalam satu kelas dijadikan responden dan mengisi kuisioner secara serentak
  3. Wawancara melalui telpon. Cara ini sering dilakukan dilazim Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya, tetapi tidak lazim di negara-negara berkembang. Prosedur ini lebih murah daripada wawancara tatap muka dan adakalanya orang tidak bersedia didatangi tapi bersedia diwawancarai melalui telpon
  4. Kuisioner diposkan, dilampirkan amplop dan dibubuhi perangko, untuk dikembalikan oleh responden setelah diisi. Cara ini dapat dilakukan untuk kuisioner yang pendek dan mudah dijawab, tetapi mungkin cukup besar proporsi yang tidak dikembalikan oleh responden.
Jenis Pertanyaan
1. Pertanyaan tertutup. Kemungkinan jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan untuk memberikan jawaban lain.
  • Misal : “Apakah saudara pernah mendengar tentang Produk Kreatif ?”
  • Opsi jawaban : 1. Pernah            2. Tidak pernah
2. Pertanyaan terbuka. Kemungkinan jawaban tidak ditentukan terlebih dahulu dan responden bebas memberikan jawaban.
  • Misal : “Menurut pendapat kamu, apa yang paling menarik sekolah di SMK ?”
3. Kombinasi tertutup dan terbuka. Jawabanya sudah ditentukan tetapi kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.
  • Misal : “Apakah kamu menyukai Praktek Kerja Industri (Prakerin) ?”
  • Opsi jawaban : 1. Suka        2. Tidak Suka        (Jika suka) Apa yang menarik saat Prakerin ?
4. Pertanyaan semi terbuka. Pada pertanyaan semi terbuka, jawabanya sudah tersusun tetapi masih ada kemungkinan jawaban tambahan.
  • Misal : “Apa yang akan kamu lakukan setelah lulus sekolah SMK ?”
  • Opsi jawaban : Melamar Kerja    (1) Wirausaha  (2) Kuliah    (3)  Lainnya . . . (sebutkan)
Petunjuk membuat pertanyaan
1. Gunakan kata-kata yang sederhana dan dimengerti oleh semua responden. Hindarkan istilah yang hebat tetapi kurang atau tidak dimengerti responden.
  • Misal : “Bagaimana status perkawinan Bapak?” lebih baik “Apakah bapak sudah beristri?”
2. Usahakan supaya pertanyaan jelas dan khusus.
  • Misal : “Berapa orang berdiam di sini?”
  • Apakah yang dimaksud “di sini” adalah bangunan, rumah atau yang lain? Arti kata “di sini” harus dijelaskan dan konsisten.
3. Hindarkan pertanyaan yang mempunyai lebih dari satu pengertian
  • Misal : “Apakah saudara mau mencari pekerjaan di kota?” Lebih baik “Apakah saudara mencari pekerjaan? Kalau jawaban “Ya”, kemudian ditanyakan “Di mana saudara ingin bekerja?”
4. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti
  • Misal : “Pada waktu senggang, apakah saudara mendengarkan radio atau melakukan yang lain?” Lebih baik “Apakah yang saudara lakukan pada waktu senggang?”
5. Pertanyaan harus berlaku untuk semua respoden
  • Misal : “Apakah pekerjaan saudara sekarang?” Ternyata dia menganggur. Seharusnya ditanyakan terlebih dahulu “Apakah saudara bekerja?” Kalau jawabannya “Ya” lalu ditanyakan “Pekerjaan saudara?”
Susunan pertanyaan
Pertanyaan dikelompokan sesuai dengan tujuan penelitian, dimulai dengan identitas yang berisi :
(1) nama responden
(2) tempat tinggal
(3) nama pewawancara
(4) tanggal wawancara.
Lalu disusul dengan pertanyaan tentang ciri-ciri demografi : jenis kelamin, usia, pendidikan, status, dll.
Dalam pola penyusunan kuisioner penelitian diserahkan kepada peneliti bagaimana pengelompokan pertanyaan itu dilakukan, sejauh mana peneliti ingin mengeksplorasi suatu informasi spesifik dari responden. Yang perlu diperhatikan ialah urutan yang cukup runut dan juga dimana ditempatkan pertanyaan yang sensitif. Pertanyaan sensitif tidak ditempatkan dibagian muka karena dapat segera mempengaruhi suasana wawancara. Biasanya pertanyaan semacam ini ditempatkan dibelakang, tetapi bukan pada penutup supaya wawancara tidak diakhiri dengan perasaan kurang baik.

Bentuk fisik kuesioner
Kuesioner sebaiknya rapi, jelas dan mudah digunakan. Menyusun kuisioner yang baik memerlukan lebih banyak waktu tetapi secara keseluruhan akan menghemat waktu. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
  1. Ukuran kertas dan jenis kertas
  2. Diisi bolak balik atau tidak
  3. Pembagian ruangan tidak bersempit-sempit. Sisi kiri dan kanan cukup longgar
  4. Nomor urut pertanyaan. Nomor urut dari mula sampai akhir atau tiap kelompok mempunyai nomor sendiri. Berdasarkan pengalaman, kami menyarankan sistem nomor urut dari mula sampai akhir
  5. Penggunaan huruf besar, huruf kecil dan huruf miring
  6. Tanda panah atau kotak pertanyaan
  7. Kotak kolom (Pembuatan kotak kolom akan menghemat waktu dan tenaga pada tahap berikutnya)
  8. Untuk menghindarkan salah ambil, kuisioner dibuat berlainan warna untuk respoden pria atau wanita. Umpamanya, satu halaman muka dibuat berwarna biru untuk pria dan merah jambu untuk kuisioner wanita.

Pretest atau Survey Pendahuluan
Pretest dilakukan untuk menyempurnakan kuisioner. Melalui pretest akan diketahui berbagai hal :
  1. Apakah pertanyaan tertentu perlu dihilangkan. Pertanyaan tertentu mungkin tidak relevan untuk masyarakat yang diteliti, karena itu perlu dihilangkan.
  2. Apakah pertanyaan tertentu perlu ditambahkan. Adakalanya terlupa memasukan pertanyaan yang perlu dimasukan.
  3. Apakah tiap pertanyaan dapat dimengerti dengan baik oleh responden dan apakah pewawancara dapat menyampaikan pertanyaan tersebut dengan mudah.
  4. Apakah urutan pertanyaan perlu diubah.
  5. Apakah pertanyaan yang sensitif dapat diperlunak dengan mengubah bahasa.
  6. Berapa lama wawancara memakan waktu.
Berapakah jumlah responden untuk pretest? Untuk penentuan jumlah tidak ada patokan pasti dan tergantung pada homogenitas responden. Untuk pretest biasanya sebanyak 30 s.d 50 orang sudah mencukupi dan dipilih responden yang keadaannya kurang lebih sama dengan responden yang sesungguhnya diteliti. Pretest dilaksanakan di luar daerah penelitian.

Pedoman pengisian kuisioner
Pedoman pengisian kuisioner merupakan pegangan bagi pewawancara. Dalam pedoman pengisian kuesioner, tiap pertanyaan yang diajukan diberi keterangan yang jelas dan terinci. Juga dicantumkan jawaban yang diharapkan, terutama pada pertanyaan tertutup dan pertanyaan semi terbuka.

Penggunaan bahasa
Kuesioner di Indonesia hampir seluruhnya menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini perlu ditinjau karena kebanyakan responden, terutama di pedesaan, tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan pewawancara tidak dapat diharapkan menerjemahkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan memang terjawab, tetapi sampai dimanakah reliabilitas dan validitas dari respon tersebut? Distorsi-distorsi dalam pengertian mudah terjadi, begitu pula dapat timbul perasaan yang kurang enak bagi responden karena pemilihan kata yang kurang tepat. Wawancara juga dapat tersendat-sendat karena pewawancara kurang lancar menerjemahkan di hadapan responden. Apabila karena alasan waktu dan kuisioner tidak mungkin diterjemahkan, maka coaching bahasa setidaknya dapat dilakukan dan pewawancara mempunyai satu eksemplar kuisioner dalam bahasa daerah dan pedoman wawancara yang sudah dibuat dapat dijadikan acuan juga bagi pewawancara dalam memandu selama proses wawancara berlangsung.

Teknik penyusunan kuesioner merupakan bagian yang sangat vital dalam model penelitian survey. Seperti telah kita ketahui bersama dalam artikel yang sudah dibahas terkait dengan “Indeks dan Skala”, secara riil tercermin dalam bentuk kuesioner penelitian yang disusun. Semakin baik konsep yang dimiliki tentang masalah penelitian (Teori dasar penelitian dan operasional variabel penelitian) seharusnya akan mempermudah peneliti dalam penyusunan kuesioner yang baik bagi penelitian dan bagi responden, sehingga data dan informasi yang terkumpul memuaskan dalam menggambarkan dan membuktikan phenomena yang sedang diteliti oleh peneliti. SELAMAT MENELITI!!!